Rabu, 19 Juni 2013

Perkembangan ideologI


Perkembangan ideologi

 ARIF BUDIANTO

Bab I

Pendahuluan

 

Sejarah dunia barat biasanya di bagi atas sejarah kuno,sejarah pertengahan dan sejarah kontenporer.  Sejarah kuno berakhir dengan jatuhnya kerajaan roma barat dan dengan merosotnya kebudayaan Romawi,sedangkan sejarah pertengahan berakhir dengan timbulnya Renaissance. Sebagaimana juga halnya dengan negeri – negeri di Timur jauh, pembagian yang serupa ini tidak berlaku bagi daerah – daerah yang luas di Eropa Timur yang didiami oleh bangsa Slavia yang membentuk negara Rusia. Kebangkitan yang besar dari Renaissance yang meletakkan dasar – dasar bagi Eropa Modern tidaklah mempengaruhi Rusia pada waktu itu.

Negara Rusia yang pertama berasal pada kira – kira akhir abad ke-9 di sekitar Kiev.  Di daerah ini suatu dinasti Skandinavia yang didirikan oleh Rurik yang memerintah sepanjang jalan perdagangan dari lautan Baltik ke Lautan Hitam, dan pada akhir abad berikutnya Rusia di kristenkan dari daerah Byzantium (Konstatinopel), yaitu ibukota kerajaan Roma Timur pada waktu itu.  Dan semenjak itu Rusia Slav mulai menganut agama Ortodoks Yunani. Lalu negara Kiev ini dihancurkan oleh penyerbuan bangsa Mongol atau Tartar ke Eropa, dan semenjak itu selama hampir tiga abad selanjutnya Rusia terbagi – bagi menjadi beberapa negara kecil dibawah pemerintahan dinasti Rurik itu dikuasai oleh bangsa Mongol.  Akhirnya pengeran – pangeran besar Moskow berhasil menguasai tanah – tanah Rusia dan berhasil menggulingkan kekuasaan bangsa Mongol dan berhasil meluaskan wilayahnya Ke Asia yaitu daerah Siberia sekitar tahun 1582 dan dalam waktu seratus tahun Rusia berhasil mencapai pantai – pantai Lautan Pasifik dan hampir sampai ke daerah Tiongkok.

Negara Rusia selanjutnya berpusat di Moskow yang meletakkan dasar – dasar untuk sentralisasi yang ekstrim di Rusia. Pengeran yang saat itu berkuasa menikah dengan ahli waris dari kaisar Byzantium dan bergelar Tsar (Kaisar), pada masa Mongol dan Byzantium Absolutisme dan sentralisasi yang sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan negara, tetapi Moskow mengembangkan kedua sistem ini untuk mengatur daerah kekuasaan yang begitu luas yang sesungguhnya memerlukan sentralisasi kekuasaan dan absolutisme tersebut sebagai obat dari kekacauan  dan tendensi, sehingga kemerdekaan dan berbagai keragaman dikorbankan untuk keperluan pusat .

Dinasti Rurik berakhir pada tahun1598, dan pada tahun 1613 keluarga Romanov dipilih menjadi Tsar Rusia yaitu Alexei. Dan pada tahun 1703 ibukota Rusia dipindahkan dari Moskow ke St. Petersburg dekat dengan laut Balticdn dari sinilah arus pikiran – pikiran barat mulai masuk dengan mudahnya.

Proses Westernization Rusia mulai berlangsung sejak abad ke 18 di bawah pimpinan Peter dan setelah Peter wafat digantikan oleh Katarina II pada tahun 1762, dan Katarina inilah yang paling berhasil dan bersemangat untuk menghancurkan kerajaan Polandia dan meluaskan wilayah sampai ke Vistula, Katarina juga berhasil menancapkan kekuasaanya di  Lautan Hitam, Dia berharap untuk mengusir bangsa Turki dari Eropa dan memdudukan kembali seorang kaisar Ortodoks di Konstatinopel dengan harapan untuk menciptakan kembali kerajaan timur ini.  Tetapi proses meng Eropa kan Rusia ini nampaknya tidak berhasil dan tidak mendapatkan banyak kemajuan.

Setelah era pemerintahan Katarina II munculah seorang raja baru yaitu Alexander I yaitu cucu dari Katarina yang memerintah dari tahun 1801 – 1825, dasar pendidikan Alexander I telah dipengaruhi oleh pendidikan liberal dan ketika ia berusia 19 tahun Alexander mulai menulis, dan tulisanya antara lain “persoalan – persoalan negara dalam keadaan kacau dan penggelapan ada dimana- mana, buruknya pengelolaan departemen – departemen, dan ketertiban sepertinya telah hilang dari segala pelosok negeri, tetapi negara hanya cenderung untuk meluaskan daerahnya saja”[1].  Tetapi bahwa Alexander dibesarkan dalam suasana yang tidak siap untuk bekerja keras and tidak memiliki kepribadian yang kuat, hal ini mebuat Alexander tidak bisa mengembangkan kekuatan pikiranya dan tidak berhasil mengakhiri absolutisme dan untuk menciptakan suatu pemerintahan yang berdasarkan hokum di Rusia.

Dan pada tahun 1815, Alexander yang dulunya seorang yang liberalis yang condong ke Eropa sejak tahun tersebut berangsur - angsur berubah menjadi seorang Rusia walaupun masi samar.  Penasihat politiknya yaitu seo0rang serdadu yang kejam dan picik memperkenalkan penyelesaian militer kepada Rusia, yaitu suatu usaha untuk memiliterisasikan kehidupan disuatu negara sosialis dimana hak – hak perseorangan dan semua kebebasan tidak ada lagi. Di saat Alexander memulai karier dengan pengaharapan, Ia tiba” meninggal pada tahun 1925, tetapi meskipun demikian dia meninggalkan Rusia dalam keadaan yang menyedihkan tetapi sesungguhnya keadaan yang tercipta adalah hasil dari kesalahanya sendiri yaitu langkah – langkah yang seharusnya diambil untuk memperbaharui Rusia tidak diambilnya.

Sepeninggal Alexander banyak kekacauan yang timbul sebagai akibat dari pergantian singgasana antara Konstantin dan Nikolai yang merupakan saudara dari Alexander.  Dan Nikolai lah yang berhasil naik tahta dan sesegera mungkin  menindas pemberontakan yang terjadi.  Perlakuan Nikolai yang kejam terhadap golongan pemberontak menyebabkan mereka dianggap sebagai korban dari sistem otokrasi.  Dan peristiwa itu menyebabkan Nikolai I menjadi musuh besar dari sistem liberalisme dan menjadi seorang otokrasi yang kejam.

Pemerintahan Nikolai masih bersifat militer, perwira – perwira tinggi di tempatkan pada pucuk – pucuk pimpinan kementrian negara termasuk pula mengurus hal – hal yang berhubungan dengan kegerejaan.  Disamping itu dasar dasar pemerintahan yang bersendikan hukum telah diletakkan meskipun pada akhirnya hokum – hokum itu tidak diperhatikan dan langkah – langkah menuju perkembangan industrialisasi dan penciptaangolongan menengah pun telah diambil.  Tetapi untuk masalah – masalah untuk mencari penyelesaian masalah soasil Rusia tidak di perhatikan salah satunya adalah perbudakan kaum petani oleh tuan – tuan tanah, hal ini menimbulkan pemberontakan.

Kekuasaan Tsar yang otokratis dan Ortodoks serta perbudakan petani dianggap sebagai dasar yang kuat bagi kekuasaan dan kebesaran Rusia. Pemerintahan Nikolai tidak saja mencoba melindungi Rusia dari bahaya pikiran – pikiran yang revolusioner.  Dibawah Nikolai I Rusia meneruskan politik ekspansinya ke pantai – pantai selatan lautan hitam dan pegunungan Kaukakusyang sasaranya adalah kerajaan Turki dan kerajaan Persia. Politik yang bersifat defensive dan konservatif terhadap Eropa tetapi agresif dalam menentang Turki dan Persia.  Dan pada tahun 1833 ketika Turki sudah menguasai Turki dan mengadakan perjanjian damai Turki dan Rusia mengadakan persekutuan Unkiar Skelessi yaitu dimana Rusia mencoba mendapatkan pengakuan atas hak – hak Turki. Hal ini menimbulkan kecurigan bagi Inggris tetapi berhasil diredam oleh para diplomat Rusia yang tidak ingin ada pertentangan.

Perjanjian yang ditandatangani oleh lima negara di Eropa pada tahun 1841 yang mengatur selat – selat konstatinopel menimbulkan ketenangan sementara bagi negara – negara di Eropa, tetapi pada tahun 1852 ketika pemerintahan Perancis dibawah pimpinan Louis Napoleon secara resmi melindungi hak – hak orang Roma Khatolik di Tanah Suci dan hak – hak ini bertententangan dengan hak gereja Ortodoks Yunani yang dilindungi kaisar Rusia serta Sultan Turki yang tunduk pada keinginan Perancis dan menolak ultimatum Rusia.  Akibatnya pasukan tentara Rusia menyerang Moldavia dan Wallachia tahun 1853, dan akhirnya meletuslah pertempuran di bulan oktober 1853  yang pada waktu itu Inggris dan Perancis menjadi sekutu resmi dari Turki.  Dan pada bulan Desember tahun 1854 pasukan Inggris dan Perancis serta Turki mendarat di semenanjung Krim untuk merampas pelabuhan angkatan laut Rusia, dari medan pertempuyran inilah kemudian terkenanl denganperang Krim, dan pada tanggal 9 september 1855 sekutu berhasil merampas Sevastopol  dan pada awal tahun berikutnya suatu kongres perjanjian di Paris mengakhiri peperangan tetapi Rusia disini tidak kehilangan daerahnya sedikitpun dan semua negara menjamin kemerdekaan dan integritas wilayah Turki.

 

 

 

 

 

 

Bab II

Pembahasan

A.    Zaman Liberal

1.    Pembebasan petani – petani budak

Kekalahan Rusia dalam perang Krim telah meyakinkan kalangan – kalangan yang berpengaruh di Rusia tentang perlunya pembaharuan, meskipun pembaharuan ini sangat penting tetapi hal ini tetap merupakan konsensi – konsesi yang tidak diikuti dengan sepenuh hati oleh kalangan pemerintah dan bangsawan.. karena itu pada masa Alexander II yang dimulai dengan harapan – harapan yang besar akhirnya tidak dapat memenuhi harapan – harapan golongan liberal yang moderat sekalipun.  Dan setelah diadakan perundingan selama bertahun – tahun akhirnya lahirlah undang – undang pada tanggal 3 Maret 1861.  Uandang – undang ini memberikan kebebasan – kebebasan sipil kepada petani – petani budak tetapi lahirnya undang – undang ini tidaklah bisa memecahkan persoalan – persoalan kepemilikan tanah. Dan undang – undang ini yang membuat Alexander II disebut ‘Tsar Pembebas”.  Pembebasan para petani budak ini memaksa timbulnya badan – badan pemerintahan yang baru, yang ketika dulu tugas tugas administrasi, kehakiman dan kepolisian di pegang dan dijalankan oleh tuan tanah tetapi berbeda setelah adanya pembebasan ini adanya volost ( kumpulan masyarakat desa) dan zemstyo (perwakilan daerah).

Dalam bidang pendidikan bermunculanya para sarjana yang cenderung kepada dunia barat seperti materalistis, sosialisme Perancis dan positivism, dan dari sisnilah pemuda – pemuda yang bersifat meterialistis yang terkenal dengan sebutan nihilis.   Dari pemuda nihilis mereka merubah meterialisme menjadi semacam ajaran agama yang dogmatis, dan dari golongan inilah diharapkan timbul orang – orang komunis di masa yang akan dating.

2.    Asal mula gerakan revolusioner

Dan meskipun kebebasab pers tidak ada pada jaman Alexander II dan juga dilarangnya pembentukan partai – partai politik tetapi golongan – golongan liberal menuntut pembaharuan konstituonal sedangkan golongan – golongan konservatif yang dipimpin oleh Mikhail Katkov mendukung kekuasaan yang tidak terbatas, Katkov adalah seorang wartawan dan sebagai pemimpin redaksi dari berita Moskow bahwa dia mengajarkan nasionalisme yang bersifat agresif dan dia adalah seorang penggerak yang tidak saja bertujuan untuk mempersatukan rakyat Slav dibawah pimpinan Rusia tetapi juga bertujuan untuk medoktri kebudayaan dan bahasa Rusia, namun kenyataan gerakan ini di tenytang oleh rakyat Slav sendiri bahkan ditentang oleh orang Polandia, hal ini pula yang meyebabkan Rusia tidak mendapat dukungan dari negara Eropa dan bahkan Eropa tidak memberikan bantuan kepada Eropa. Gerakan revolusiaoner ini mulai mendapat dukungan dari para cendekiawan dan mahasiswa, denga doktrin teori dari Mikhail Bakunin, para nihilis percaya bahwa ”perlu adanya kekerasan dengan tidak mengindahkan semua moralitet”[2], hal ini yang telah mempengaruhi permulaan gerakan revolusioner dengan adanya pembunuhan – pembunuhan.

Tetapi banyak pula pemuda Rusia yang berpihak kepada para petani, para komunis dan lembaga masyarakat dengan cara membangkitkan rasa nasionalisme, dank arena itu gerakan ini disebut dengan populisme (kerakyatan). Banyak diantara golongan populis ini yang pada awalnya menaruh kepercayaan pada rakyat Rusia, tetapi karena perintah melakukan penindasan dan karena tidak bisa mencapai tujuanya, akhirnya mereka mengadakan kekacauan sebagai awal mula dari terlaksananya revolusi.

Dan pada perintahan Alexander III, ia bertekad mengakhiri segala kegiatan yang memunculkan gerakan revolusioner, dan pada masa Alexander II ini gerakan revolusioner ini dapat ditekan dan Rusia pun stabil, tenang dan kuat kembali, dan tahun 1894 Alexander III meninggal dan digantikan oleh anaknya bernama Nikolai II.

3.    Gerakan revolusioner Rusia

Tindakan yang tegas dari pemrintah untuk sementara berhasil menghancurkan gerakan pengacau, dan gerakan kerakyatan dengan harapan dan cita – cita idealis yang tinggi telah berakhir dengan kegagalan, gerakan ini tidak berhasil membawa pemerintahan kea rah pembaharuan konstutional, namun pada akhir tahun 1880 merupakan permulaan dri jaman baru gerakan revolusioner, dimana gerakan ini tidak seutuhnya percaya pada sosialis Rusia tetapi menerima sosialisme secara ilmu pengetahuan yang telah dipropagandakan oleh Karl Marx, teoritikus Marxis Rusia yang pertama yang merupakan bapak dari Marxisme Rusia adalah George Plekhanov yang dalam tahun 1883 ia memdirikan perkumpulan di daerah Jenewa yang bernama osvobozhdenie Truda ( pembebasan kaum buruh) ia percaya bahwa Rusia akan mengikuti gejala – gejala yang terdapat di Eropa dan akan melalui tingkat kapitalisme dan adanya revolusi kaum menengah sebelum mencapai sosialisme. Mereka juga menerima teori Marx “bahwa Rusia adalah suatu negeri yang terbelakang dari sudut kapitalisme dan masi sangat jauh dari sosialisme dari pada negeri barat yang telah maju”[3].  Perkembangan kapitalisme akan mengakhiri otokrasi Rusia dan memberikan jalan bagi suatu pemerintahan yang demokratis. Tetapi pengaruh Marxisme pada saat itu belum berkembang di Rusia dan gerakan revolusioner ini baru berkembang kembali pada abad 20.

4.    Nikolai II

Pada saat meninggalnya Alexander II ia menugaskan pada Nikolai II untuk mempertahankan prinsip – prinsip otokrasi dengan keras.  Nikolai II adalah seorang yang mempunyai pikiran dan sifat yang sederhana dan bahwa ia yakin bahwa otokrasi adalah sesuatu yang paling tinggi dan yang paling dibutuhkan oleh Rusia.  Sehingga rakyat yang pada awalnya menyambut Nikolai II dengan harapan bahwa adanya raja yng membawa masa liberal yang baru, tetapi harapan itu hilang ketika nikolai menyatakan dia akan mejaga prinsip – prinsip otokrasi sekuat dan setegas Alexander III, tetapi karena nikolai tidak sekeras Alexander maka apa yang di jalankan oleh Alexander bagi nikolai hanya terbukti sebagai alat yang tidak ada gunanya untuk mengatasi kekacauan sosial yang terjadi di Rusia.

Dan pada tahun 1895 pengikut Plekhanov mulai melancarkan propaganda Marxist di bawah pimpinan Lenin dengan organisasi yang bernama “Persatuan Perjuangan Untuk Pembebasan Buruh”.  Lenin yang nama aslinya Vladimir Ulyanov, ia memusatkan perhatianya untuk mempelajari Marxisme. Dan lenin tidak berhenti melawan orang – orang sosialis yang bertentangan dengan Lenin, dia juga memdesak agar pekerja atau buruh agar tidak mengadakan perjajian apapun karena tidak adanya persamaan antara orang sosialis dan moderat, karena itu menurut Lenin revolusi sosial harus segera dimulai di Rusia dan Lenin lah yang meyebabkan Parta Demokrasi dan Sosial Rusia. Pertentangan partai diantara orang – orang Marxis Rusia terlihat pada kongres partai pada tahun 1903, golongan yang dipimpin Lenin yang bernema Bolshevik yaitu golongan – golongan mayoritas adalah golongan maksimal dalam penuntutan hak.  Dan satu lagi golongan Menshevik adalah golongan minoritas, golongan ini bersedia menerima suatu republic yang demokratis sebagai batu loncata menuju kearah tercapainya sosialisme dank arena itu mau bekerja sama dengan golongan – golongan liberal.

Lenin adalah pemimpin golongan Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat Rusia di
tahun 1903. Selain golongan Bolshevik, partai ini juga memiliki golongan Menshevik. Golongan Menshevik adalah golongan yang setia pada ajaran Marx secara total. Bolshevik, golongan Lenin, menghendaki perubahan dalam teori-teori Marx.

Perbedaan ini terlihat terutama dalam dua hal. Pertama, dalam hal kepartaian.
Menshevik berpendapat bahwa partai komunis harus berstruktur longgar dan
berdasarkan pada massa (basis massa yang luas). Sebaliknya, Lenin beranggapan partai itu harus tersentralisasi, berdisiplin kuat dan terdiri atas revolusioner profesional.

Perbedaan kedua adalah dalam hal memandang tahapan revolusi Marx. Menshevik percaya bahwa proletar harus menunggu revolusi bor juis terhadap feodal sebelum melakukan revolusi protelat terhadapbor juis. Pada masa itu Rusia memang masih dipimpin oleh seorang tsar (kaisar).

Lenin menganggap hal itu hanya akan melemahkan semangat proletar. Lenin
menginginkan sebuah revolusi yang ditujukan untuk menjatuhkan sekaligus bor juis dan tsar. Selain itu, Lenin juga menambahkan tentang peran penting petani dalam revolusi tersebut. Marx kurang menekankan pentingnya peran petani dalam revolusi (mungkin karena Marx mendasarkan teorinya pada nasib buruh di Inggris pasca revolusi industry. Kata Lenin, “Revolusi yang dipimpin oleh kelas pekerja itu akan menghasilkan diktator demokrasi yang revolusioner dari proletar dan petani.”

5.    Lahirnya gerakan Liberal

Pada tahun 1890 beberapa pemimpin zemstvo yaitu orang – orang yang patriotisme dengan kesetiaan yang tinggi meulai membentuk organisasi – organisasi untuk menghilangkan buta huruf, dan kesehatan serta megadakan pembaharuan – pembaharuan, tapi hal ini ditentang oleh pemerintah dan berusaha untuk membubarkan organisasi ini, dank arena adanya pembatasan – pembatasan hokum terhadap kegiatan organisasi, maka beberapa pemimpin liberal ini menerbitkan majalah yang bernama pembebasan dan pada tahun 1903 merka mendirikan Persekutuan Pembebasan, dan dari perkumpulan inilah muncul Partai Demokrat Konstitusional pada tahun 1905 yang anggotanya di sebut dengan Kadet. Dengan beranggotakan orang – orang yang sangat terdidik dan patriotic seharusnya partai liberal ini dapat berkembang menjadi suatu alat untuk merubah otokrasi Rusia menjadi suatu pemerintahan merdeka yang berdasarkan hukum.  Tetapi dalam perkembanganya Partai ini mendapat rintangan yang di sebabkan: 1. Pemerintahan yang keras kepala dan bodoh,2. Kurangnya pengalaman parlementer, 3. Dan kekacauan yang disebabkan oleh Perang Dunia pertama. Dalam menghadapi situasi yang makin kacau, pemerintah dibawah Nikolai II semakin memperkuat Otokrasi dan semangat untuk meng Rusia kan orang – orang yang bukan Rusia.

6.    Revolusi tahun 1905

Peperangan yang terjadi di wilayah timur dan kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan harga yang tidak sebanding dengan kenaikan upah telah menimbulkan kekacauan buruh.  Dan hari minggu berdarah menandakan permulaan kekacauan yang meluas dan gelombang – gelombang pemogokan, dan pada tahun 1905 mulai timbul pula organisasi – organisasi petani yang mulai meluas keseluruh negeri yang memperkuat suatu gerakan revolusioner. Dan di tahun 1905 pula golongan Bolshevik dan Menshevik saling bersaing untuk menjadi pemimpin golongan proletar Rusia.  Dan dari gerakan buruh ini juga menyebabkan meluasnya ketidakpuasan dikalangan berbagai bangsa yang hidup didalam kerajaan Rusia  dan yang menjadi korban dari diskrimasi.

Tahun 1905 adalah sebagai tahun peralihan pula dari kesadaran nasional yang hanya milik golongan terpelajar yang terbatas dari segi jumlah menjadi suatu kesadaran nasional yang menyeluruh hingga rakyat jelata yang mulai mengambil bagian dalam pergerakan nasional. Dan dari kekacauan yang terjadi maka Nikolai II mulai memikirkan untuk mendirikan keditatoran militer yaitu dengan ditandatanganinya manifesto pad tanggal 30 Oktober 1905 yang direncanakan oleh Witte.  Orang – orang liberal dan Menshevik mengharapkan bahwa manifesto ini merupakan titik permulaan bagi perkembangan sutu kerajaan konstitusional yang sesungguhnya, tetapi petani dan buruh kecewa terhadap manifesto ini karena hanya menjajikan kebebasan politik karena tidak mengandung rencana dalam perubahan sosial. Namun pada akhirnya pemerintah memenangkan kekacauan ini dan pemerintah  mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin suatu gerakan pembaharuan dan menyiapkan rusia untuk beralih dari otokrasi ke kemerdekaan.

Undang – undang dasar yang ad didalam Manifesto Oktober sesungguhnya adalah suatu undang – uandang aneh, karena undang – undang dasar ini mengadakan pdewan perwakilan yang disebut Duma, tetapi kekuasaan otokarasi yang paling tinggi tetap dipegang oleh raja. Dan dalam sistem DSuma ini ada empat kali pergantian Duma yang satu dengan yang lainya meiliki kepentingan berbeda satu dengan yang lainya.

Golongan otokrasi berhasil kembali mendirikan kekuasaanya dengan kokoh pada tahun 1906 hal ini berdampak pada gerakan revolusioner yang mengalami kebuntuan.  Tapi dilain pihak gerakan buruh tetap bersemangat, gerakan serikat pekerja ini telah siap untuk menjadi alat bagi kemjuan masyarakat seperti yang diharapkan kaum Menshevik dan berharap gerakan revolusioner ini mendapat dukungan dari kaum Bolshevik. Saat itulah bahwa cara – cara pemerintahan lama tidak lagi bisa diteruskan, dan pada saat itu pula Duma – Duma yang ada praktis bersatu dalam menganggap perlunya perubahan pemerintahan yang menyeluruh.

Dan pada tanggal 8 Maret pecahlah revolusi yang disebut Revolusi Februari Revolusi ini meletus karena rakyat Rusia sudah muak dengan pemerintahan Tazr Rusia yang despotik dan korup. Kaisar Nicholas II berkali-kali membubarkan Duma atau Parlemen Rusia yang dibentuk setelah Revolusi 1905, setiap kali keputusan Duma bertentangan dengan kehendaknya. Ketidakstabilan politik ini membuat perekonomian Rusia hancur, ditambah lagi dengan kerugian yang ditanggung Rusia akibat bergabung dalam Perang Dunia I.  Pada hari itu, puluhan ribu warga Petrograd atau St. Petersburg, turun ke jalan-jalan memprotes kekuarangan makanan yang mereka derita. Tentara kerajaan turun tangan dan timbulah kerusuhan. Seminggu kemudian, Kaisar Nikolas II digulingkan dan berakhirlah era pemerintahan para tsar walaupun ketika itu hanya dibatasi hanya di Petograd saja, tapi dengan segera diakui diseluruh negeri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.    Zaman Komunis

1.    Era Lenin

Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin seorang pemimpin politik yang paling bertanggung jawab terhadap berdirinya Komunisme di Rusia. Sebagai penganut Karl Marx yang gigih dan setia, Lenin meletakkan dasar politik yang hanya bisa dibayangkan oleh Karl Marx seorang. Begitu cepatnya Lenin menyebar Komunisme ke seluruh penjuru dunia.  Lahir di Simbirsk  pada tahun 1870. Ayahnya seorang pegawai negeri yang patuh tetapi kakaknya Alexander adalah seorang radikal yang dijatuhi hukuman mati karena ambil bagian dalam komplotan mau bunuh Tsar. Pada umur dua puluh tiga Lenin sudah menjadi seorang Marxis yang berkobar-kobar. Bulan Desember 1895 dia ditahan oleh pemerintah Tsar karena kegiatan revolusionernya dan dijebloskan ke dalam penjara selama empat belas bulan. Sesudah itu dia dibuang ke Siberia.

Masa pembuangannya di Siberia berakhir bulan Februari 1900 dan beberapa bulan kemudian Lenin melakukan perjalanan ke Eropa Barat. Tak kurang dari tujuh belas tahun lamanya dia berkelana, menjadi seorang mahaguru revolusioner. Tatkala Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia dimana Lenin jadi anggota pecah jadi dua bagian, Lenin jadi pimpinan pecahan yang lebih besar, yaitu kaum Bolsheviks. Perang Dunia I membuka peluang besar buat Lenin. Perang ini membawa malapetaka baik militer maupun ekonomi bagi Rusia dan akibatnya menambah ketidakpuasan rakyat kepada sistem pemerintahan Tsar. Akhirnya pemerintah Tsar ini digulingkan di bulan Maret tahun 1917 dan untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis.  Dan ketika lenin tiba di Petograd dengan segera ia menuntut diadakanya suatu  perjuangan dalam melawan pemerintahan sementara dan segera menyerukan didirikanya negara soviet,nasionalisasi,semua tanah dan suatu propaganda secara besar – besaran didalam ketentaraan.  Lenin juga kurang peduli terhadap dunia barat yang dianggapnya sebagai musuh,ia bertekad menghancurkan peradaban dan dunia barat dan dia juga ingin membongkarsemua pengaruh dunia barat yang ada di dalam negara Rusia yang telah memunculkan kemerdekaan politik dan persamaan demokrasi yang baru. 

dengan cepat dapat melihat dan mengambil kesimpulan bahwa partai-partai demokratis --walau sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan menggulingkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis. 

Menjelang akhir oktober lenin mulai merencanakan pemberontakan dengan menulis “Revolusi para pekerja dunia telah dimulai.  Tidak mungkin ragu – ragu lagi kita beradadi ambang pintu revolusi proletariat dunia”[4].  Dan pada kongres soviet – soviet yang diadakan pada tanggal 8 november lenin berusaha mendapat dukungan dengan cara mengadakan pemberontakan yang pada akhirnya mengantarkan dia untuk memegang kekuasaan. Kudeta lenin ini disebut sebagai revolusi Rusia yang kedua pada tahun 1917 dan di ketahui bahwa Lenin lah yang telah menggulingkan Otokrasi Tsar dan mengakhiri sala ketidakadilan.  Lenin mengakhiri perkembangan liberal di Rusia dan kembali memaksakan suatu otokrasi. 

  1. Pemerintahan Lenin

Perubahan yang terjadi dari kemerdekaan menjadi diktator inilah yang menyebabkan pemerintahan yang diciptakan Lenin dapat tetap berkuasa, hal ini pula dikarenakan Lenin mendirikan pemerintahan totaliter dan di dukung oleh teknologi modern dalam mempertahankan propagandanya. Pada saat pemerintahanya majelis pembuat undang undang dibubarkan karena menolak melaksanakan kemauan dari partai Bolshevik yang merupakan minoritas di majelis dan mayoritas di pegang olah partai sosialis. Sebelum dibubarkanya partai Bolshevik partai ini terlebih dahulu berganti nama menjadi Partai Komunis. Dan dapat di simpulkan pemerintahan Lenin telah menimbulkan kesewenang – wenangan dan penyalahgunaan yang lebih mengerikan dari sistem pemerintahan tsar. 

Saat pemerintahan Lenin,dibuatlah Undang – undang dasar dan dari undang – undang ini dibentuklah negara Republik Sosialis Uni Soviet ( The Russian Socialist Federated Sovyet Republic). Republik ini terbagi – bagi dalam kesatuan yang jumlahnya sekitar 2500 negara federal. Sovyet Rusia adalah negara ditaktor yang dikendalikan dari atas dan dibelakang pemerintahan didirikan kekuasaan yaitu Partai komunis, pimpinan partai adalah sekretaris jenderal yang menjalankan politik diktator dibawah pengawasan tertinggi All Union Communist Partay.  Ketik awal di bentuk USSR berjumlah 7 negara sosialis, tapi dalam konstitusi tahun 1936 republik menjadi 11 negara.

a.    Komunisme sebagai ajaran agama

Komunisme oleh lenin dijadikan sebagai agama resmi negara, negara komunis yang diwakili oleh pimpnan partai telah sama dengan gereja, dannegara menuntut hak sebagai pemimpin sebagai pemimpin dan sebagai penjelmaan dari segala bentuk dan kegiatan kehidupan dan berfungsi sebagai wasit tertinggi tentang apa yang baik dan apa yang buruk.

Komunisme adalah suatu ajaran tanpa kemurahan yang penuh dengan kebencian yang tidak dapat ditawar – tawar yang yakin bahwa seluruh kebenaran ada dipihaknya. Ketika Lenin berkuasa ia menganggap masyarakat barat dan kebudayaan barat adalah sebagai musuh yang besar, ia pun berharap bisa mengembangkan masyarakat dan kebudayaan yang baru yang lebih tinggi dari bangsa barat.

Ciri penting dari Lenin adalah dia seorang yang cepat bertindak sehingga dialah orang yang mendirikan pemerintahan Komunis di Rusia. Dia menganut ajaran Karl Marx dan menterjemahkannya dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata. Sejak bulan Nopember 1917 telah terjadi ekspansi kekuatan Komunis ke seluruh dunia. Kini, sekitar sepertiga penduduk dunia menganut faham Komunis. Di bulan Mei 1922 Lenin sakit keras sehingga antara serangan sakit itu hingga wafatnya tahun 1924.

 

 

 

 

2.    Era Stalin

Iosif Vissarionovich Dzugashvili. Dunia mengenalnya dengan Joseph Stalin, yang bertahun-tahun jadi diktator proletariat Uni Soviet. Dilahirkan tahun 1879 di kota Gori, Georgia di Kaukasus. Di tahun 1903, tatkala ada perpecahan dalam tubuh partai, dia memihak kelompok Bolshevik. Hingga tahun 1917 dia merupakan anggota partai yang gigih dan giat, ia juga sempat ditahan berkali – kali, dari sinilah ia mulai memakai nama samara Stalin yang berarti orang yang terbuat dari baja[5].

Stalin tidak memegang peranan penting dalam menentukan revolusi tahun 1917. Tetapi, dia amat aktif dalam masa dua tahun berikutnya, dan di tahun 1922 dia menjadi Sekretaris Jendral Partai Komunis. Kedudukan ini membuka kesempatan luas baginya menggunakan pengaruh terhadap jalannya administrasi partai dan sekaligus merupakan faktor utama dalam pergulatan menuju puncak kekuasaan sesudah Lenin meninggal dunia.

Lenin cenderung memilih agar penggantinya Leon Trotsky. Nyatanya, dalam testamen politiknya Lenin menandaskan bahwa Stalin terlampau keras dan mesti disingkirkan dari kedudukan Sekretaris Jendral partai. Tetapi, sesudah Lenin tiada di awal tahun 1924, Stalin menggantikannya seraya menyembunyikan testamen Lenin. Lebih jauh dari itu, Stalin berhasil menggalang kekuatan bersama Lev Kamenev dan Grigori Zinoviev, dua anggota penting politbiro, dan membentuk troika atau triumvirate. Bersama-sama mereka berhasil mengalahkan Trotsky dan para pengikutnya. Kemudian Stalin --seorang genius dalam hal perkelahian geser-menggeser dalam kelompok-- berbalik menghadapi Zinoviev dan Kamenev serta menyingkirkan kedua mereka. Sesudah berhasil mengalahkan "oposisi sayap kiri" (misalnya: Trotsky, Kamenev, Zinoviev dan pengikutnya) dalam perebutan kekuasaan, Stalin meneruskan menerima beberapa usul-usul politik mereka. Tak lama sesudah itu, Stalin menghadapi "sayap kanan" dari partai Komunis --sekutu sementaranya-- dan mengalahkan mereka pula. Menjelang awal tahun 1930-an, dia sudah menjadi diktator tunggal di Uni Soviet.

Dari kedudukan yang penuh kuasa ini, mulai tahun 1934, Stalin melancarkan serentetan pembersihan. Peristiwa yang sedikitnya bisa dianggap awal dari tindak pembersihan itu adalah pembunuhan yang terjadi tanggal 1 Desember 1934 atas diri Sergei Kirov, pejabat tinggi Komunis dan salah seorang penasihat Stalin. Besar kemungkinan, Stalin sendiri yang memerintahkan pembunuhan itu, Tahun-tahun berikutnya, sejumlah besar orang-orang yang pernah jadi tokoh pimpinan partai Komunis di masa revolusi 1917, dan mereka yang berada di bawah pemerintahan Lenin, dituduh pengkhianat oleh Stalin dan dihukum. Pembersihan di pertengahan tahun 1930-an meluas ke segenap tubuh partai Komunis dan Angkatan Bersenjata, dan pembersihan itu tidaklah semata ditujukan kepada masalah anti-Komunis dan kontra revolusioner.

Contohnya, dari anggota Central Komite Partai Komunis yang terpilih tahun 1934, lebih dari dua pertiganya dibunuh pada saat pembersihan berikutnya. Dari langkah-langkah ini jelas sudah, motif utama Stalin adalah membuka kemungkinan buatnya mendirikan satu kekuatan yang berdiri sendiri di dalam negeri. Ironisnya, justru pada saat hebat-hebatnya pembersihan inilah Stalin mengeluarkan konstitusi baru Uni Soviet yang disebut demokratis.

Diantara politik ekonomi yang ditegaskan Stalin adalah kolektivisasi paksa sektor pertanian; politik ini amat tidak populer di kalangan petani dan banyak diantara mereka menentangnya. Di awal tahun 1930-an, dengan perintah Stalin, berjuta-juta petani dibunuh atau dibiarkan mati kelaparan. Dan pada akhirnya politik ini berhasil. Secara ekonomi, sektor pertanian Uni Soviet boleh dibilang terbelakang sejak saat itu.

Politik Stalin lainnya adalah mendorong cepatnya industrialisasi. Ini terselesaikan sebagian lewat serentetan "Rencana Pembangunan Lima Tahun"-nya yang kemudian banyak ditiru oleh negeri-negeri di luar Uni Soviet. Di samping pelbagai ketidak-efesienan, politik industrialisasi Stalin bisa dibilang membawa perbaikan dan sukses. Kendati besarnya kehilangan material yang diderita oleh Uni Soviet dalam Perang Dunia ke-2,Uni Soviet keluar dari perang itu sebagai negara industri terbesar kedua di dunia.

Bulan Agustus 1939 Hitler dan Stalin menandatangani perjanjian "tidak saling menyerang" yang masyhur. Dalam tempo dua minggu, Hitler menyerbu Polandia dari arah barat, dan beberapa minggu kemudian Uni Soviet menyerbu dari lambung timur, dan menduduki sebagian daripadanya. Di ujung tahun itu pula Uni Soviet mengancam tiga negeri yang merdeka: Latvia, Lithuania, dan Estonia dengan kekuatan senjata. Ketiganya menyerah tanpa perlawanan dan dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Uni Soviet.  Di akhir Perang Dunia ke-2, Angkatan Bersenjata Uni Soviet menduduki bagian besar Eropa Timur dan Stalin menggunakan kesempatan ini menjadikan daerah-daerah itu negara Komunis yang berada di bawah pengaruh Uni Soviet.  Bulan Januari 1953 pemerintah Uni Soviet mengumumkan bahwa sekelompok dokter telah ditangkap atas tuduhan melakukan pembunuhan terhadap pejabat-pejabat tingkat tinggi Rusia. Ini tampaknya merupakan rencana Stalin pula untuk melakukan pembabatan berikutnya. Tetapi, tanggal 5 Maret 1953, diktator berumur 73 tahun itu meninggal dunia di istana Kremlin, Moskow.

Watak utama Stalin adalah kekejamannya. Tak sedikit pun tampak rasa belas kasihannya, . Di seberang lain, dia seorang yang berkemampuan: ulet, kemauan kuat, teguh pendirian, angkuh, dan punya daya pikir yang kuatnya luar biasa.Selaku diktator selama kira-kira seperempat abad, pengaruh Stalin sudah merasuk hampir ke semua segi kehidupan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab IV

Kesimpulan dan Saran

Sejarah dunia barat biasanya di bagi atas sejarah kuno,sejarah pertengahan dan sejarah kontenporer.  Sejarah kuno berakhir dengan jatuhnya kerajaan roma barat dan dengan merosotnya kebudayaan Romawi,sedangkan sejarah pertengahan berakhir dengan timbulnya Renaissance. Sebagaimana juga halnya dengan negeri – negeri di Timur jauh, pembagian yang serupa ini tidak berlaku bagi daerah – daerah yang luas di Eropa Timur yang didiami oleh bangsa Slavia yang membentuk negara Rusia.

Berkembangnya sutu ideologi yang ada di Rusia tidak terlepas dari pengaruh penguasa yang berkuasa pada zamanya, ketika suatu ideolgi diciptakan sang penguasa maka seluruh rakyat harus tunduk pada penguasa, hal ini terbukti dengan adanya ideolgi yang berkembang di Rusia menandakan kuatnya pengaruh penguasa dalam menekankan ideologi kepada rakyatnya.

Saran

Ketika mempelajari tentang ideolgi yang ada di Uni Soviet, banyak hal yang terkait antara peristiwa satu dengan lainya yang terjadi di Uni Soviet yang menandakan munculnya suatu perubahan atau pergeseran ideolgi, saran saya kepada mahasiswa khususnya mahasiswa sejarah ataupun peneliti lain, baiknya pelajari dan pahami secara detail peristiwa apa saja yang terjadi di Uni Soviet, sehingga kita bisa mengerti benar bagaimana perubahan ideolgi bisa terjadi di uni Soviet.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

-       Hans Kohn, 1966, Dasar Sedjarah Rusia Moderen, Aliran Politik, Kebudajaan, dan Sosial, Bharatara, Djakarta.

-       Rasyid Hamidi, DKK, 1992, Sejarah Eropa Terbaru,IKIP Muhammadiyah Jakarta, Jakarta.

-       Michael H. Hart,( Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982), 1978, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

-       Soebantarjo, 1962, Sari Sejarah Djilid II:Eropa– Amerika,  bopkri, Yogyakarta.

 

 

 

 

 

 



[1] Kohn, Hans, 1996, Dasar Sedjarah Rusia Moderen, Aliran Politik, Kebudajaan, dan Sosialja,hlm. 4
[2] Ibid hlm.40
[3] Ibid hlm.58
[4] Ibid, hlm,118
[5] Michael H. Hart,( Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982), 1978, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.

SEJARAH EROPA KONTEMPORER


Nama: JUNAEDI

Prodi/semester: Pendidikan Sejarah/4 (empat)

Mata Kuliah: Sejarah Eropa Kontemporer

 

“Munculnya Modernisasi”

 

Setelah perang dunia ke II yang dimenangkan oleh negara-negara sekutu yaitu Amerika, Uni soviet, Inggris dan lain-lain menyebabkan kehancuran baik kehancuran ekonomi, gedung (bangunan), bahkan kehancuran moral bagi negara-negara maupun orang-orang Eropa yang ikut berperang. Hal ini memberikan peluang bagi negara yang ekonominya kuat seperti Amerika dan Uni soviet untuk memberikan bantuan ekonomi kepada negara di Eropa yang ikut dalam peperangan. Hal tersebut menimbulkan persaingan antara 2 negara besar yang ingin memberikan bantuan ekonomi sekaligus menanamkan Ideologi yang mereka anut untuk ditanamkan dan di implementasikan kepada negara yang diberikan bantuan.

Amerika dengan ideologi Liberalisnya dan Uni Soviet dengan Ideologi sosialisnya. Sosialis  berhasil menanamkan ideologinya di Eropa bahkan sampai di Asia Tenggara dan Barat Daya. Hal seperti itu menimbulkan ketakutan Amerika karena banyaknya negara yang menganut paham sosialis, akhirnya memunculkan Teori Modernisasi dengan menyuruh para Intelektual-intelektual Amerika untuk membuat Teori Modernisasi.

Dengan jalan iming-iming pembangunan, akhirnya Amerika berhasil meluaskan penanaman ideologinya hingga separuh dunia menganut paham liberalis  sampai mengalahkan Uni soviet. Tetapi Amerika tidak berhasil menamkan ideologinya ke negara-negara yang berada di Asia Barat Daya, dikarenakan kapitalisme di tengah masyarakat Eropa, sementara kapitalisme agak sulit mematangkan diri di dunia bagian timur oleh karena perbedaan religi dan filosofi hidup. Salah satu negara yang terkena dampak dari ketakutan Amerika terhadap Uni Soviet adalah Indonesia. Indonesia setelah kemerdekaan adalah negara baik rakyatnya maupun ekonominya sedang hancur. IMF, WTC, dan World Bank meminjamkan uang kepada Indonesia untuk melakukan pembangunan. Peminjaman uang untuk Indonesia hanya menambah beban negara. Karena, uang yang dipinjamkan tidak lekas bisa dilunasi oleh negara. Akibatnya, alam Indonesia di Eksploitasi oleh negara kapitalisme (pemilik modal) yaitu Amerika.

 

DAFTAR PUSTAKA:

Fakih, Mansour., 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: INSISTPress

 

Perry Marvin. 2013.Peradaban Barat. Bantul : Kreasi Wacana

 

Ricklefs, M.C., 2008. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA

Senin, 17 Juni 2013

makalah sejarah eropa kontemporer


BAB 1
PENDAHULUAN
Oleh: Achmad Saleh
1.    Latar Belakang

Kosovo adalah sebuah provinsi dinegara bekas Yugosavia dan kini di bawah kedaulatan Serbia. Namun demikan, Kosovo diberi otonomi khusus oleh pemerintah sebia atas tekanan-tekanan dari negara-negaara barat dan anggota pakta pertahanan atlantik utara atau Nato.
konflik selalu saja terjadi di berbagai belahan bumi manapun di dunia. Konflik adalah hubungan antara dua pihak baik individu atau kelompok yang memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan1. Konflik juga dapat dikatakan sebagai sebuah keadaan yang terjadi karena terdapat perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok. Konflik yang sudah pernah terjadi di dunia, dan seperti kita ketahui bersama antara lain adalah, Konflik Rwanda, konflik
Bosnia-Herzegovina, konflik Kosovo dan lain-lain. Dari dua definisi tersebut, makalah ini akan mencoba memaparkan konflik yang terjadi di Kosovo beberapa waktu yang lalu.
Konflik di Kosovo terjadi karena adanya usaha melenyapkan etnis Albania yang merupakan etnis minoritas oleh etnis Serbia yang merupakan etnis mayoritas. Fanatisme dari etnis Serbia muncul tidak lepas dari usaha seorang tokoh antagonis di panggung sandiwara dunia,
Presiden Yugoslavia Slobodan Milosovic yang beretnis Serbia. Presiden Yugoslavia memimpikan sebuah “Serbia Raya”, dan karena etnis Albania yang merupakan etnis minoritas dengan latar belakang mayoritas beragama Islam ingin memisahakan diri dengan etnis Serbia yang mayoritas dengan latar belakang mayoritas beragama Katolik. Slobodan Milosevic dengan segera mengadakan aksi kekerasan dengan kekuatan militer untuk menanggulangi pemisahan diri etnis Albania







Latar belakang masalah

1.    Bagaimana konflik Kosovo itu terjadi?
2.    Bagaimana konflik Kosovo itu terulang kembali?
3.    Bagaimana siapa saja aktor dalam konflik Kosovo?



Tujuan masalah
1.    Agar mahasiswa tahu kenapa konflik Kosovo itu terjadi.
2.    Agar kita mampu mengetahui konflik Kosovo itu terulang kembali.
3.    Kita mampu mengetahui siapa saja aktor dalam konflik Kosovo.
















BAB II
PEMBAHASAN

1.    Kembalinya Konflik Etnis Kosovo

Setelah kematian Tito pada tanggal 4 Mei 1980, ketegangan anatar etnis muncul kembali.Konflik etnis yang terakumulasi pada paruh 1970-an mulai meledak, setelah sekian lama berhasil ditekan pada masa kekuasaan Tito. Meniggalnya Tito telah menciptakan situasi vacum politik di Yugoslavia dan menunjukan bahwa setabilitas negara Yugoslavia bergantung sepenuhnya pada kemampuan pemimpin kharismatik dalam harmonisasi hubungan antar etnik. Kekerasan etnik yang terjadi di kosovo awal tahun 1981, merupakan fenomena awal konflik anatr etnik sepeninggalan Tito
yang paling krusial bagi stabilitas Yugoslavia. Terjadi unjuk rasa yang meluas di Kosovo oleh kelompok nasional Albania yang menuntut peningkatan status Kosovo menjadi republik penuh. Unjuk rasa yang di lakukan oleh mahasiswa di Universitas Pristina bulam maret 1981 secara cepat menyulut demonstrasi secara luas dan aksi kekerasan melanda seluruh wilayah propinsi, menyebabkan bentrok serius antara etnis Albania dengan aparat keamanan. Seluruh seluruh wilayah Kosovo di tutup dan keadaan darurat diumumkan. Pemerintah Serbia melakukan ‘unjuk’ kekuatan militer di seluruh wilayah Kosovo, pasukan anti huru hara di turunkan untuk meredakan suasana.
Seluruh institusi pendidikan di wilayah ini tutup. Demonstrasi yang semangkin meluas terjadi pada bulan Maret 1982. Ketegangan dan kerusuhan meluas ke wilayah Montenegro dan Macedonia. Pada aakhir juli 1980, sekitar 2.000 etnik Serbia dan Montenegro berencana melakukan longmarch dari Kosovo menuju Beograd untuk melakukan protes terhadap kegagalan pemerintah federal dalam menghentikan aksi kekerasan kelompok nasionalis Albania. Tapi aksi protes itu di hentikan oleh pemerintah setempat. Ratusan etnik Serbia dan Montengro mengungsi keluar meninggalkan Kosovo, dengan jumlah total pengungsi sebesar 22.000 orang pada tahun 1987.
Konflik di Kosovo mencapai puncaknya pada tahun 1989. Terjadi demonstrasi besar besaran yang di lakakuakan etnis Albania sebagai rasa kekecewaan terhadap Serbia. Kosovo merasa otonomi propinsinya banyak di kurangi semenjak Serbia dipimpin oleh Slobodan Milosevic. Kerusuhan etnis memuncak ketika di syahkanya amandemen undang-undang dasar republik Serbia, yang menyatakan bahwa otonomi Kosovo berada dibawah pengawasan pemerintah republik Serbia (Maret 1989).
Padahal sebelum diubah (berdasarkan konsitusi 1974), Serbia tidak punyai wewenang terhadap propinsi otonominya. Kerusuhan yang terjadi menimbulkan jatuhnya korban sebanyak 100 orang meninggal dari etnis Albania (termasuk dua polisi) dan lebih dari 254 militan Albania di tangkapdalam Bulan Febuari 1990 setelah terjadi kerusuhan. Setelah itu, di Kosovo sisa-sisa gerakan yang menghendaki pemerintahan sendiri secara perlahan berhasil di lenyapkan anatara tahun 1989-1990, ketika Milosevic menekan Dewan Kosovo dan memenjarakian wakil-wakilnya. Pendudukan Serbia ini di tandai dengan tersingkirnya etnik Albania dari posisi-posisi yang mereka duduki sebelumnya. Walaupun penduduk etnik Serbia di Kosovo hanya kurang dari 10 % tetapi Milosevic memaksakan agar bahasa Serbo-Kroasia sebagai bahasa resmi di Kosovo. Untuk itu pengusa Serbia membubarkan semua sekolah-sekolah lanjutan yang menggunakan bahasa Albania dan memberhentikan tidak kurang dari 6.000 guru etnik Albania.
 Dalam hal kerusuhan etnis di Kosovo, pihak Kroasia dan Slovenia melancarkan kecaman keras atas pengambilalihan kekuasaan Kosovo oleh Serbia dan menuduh Serbia melanggar hak-hak asasi penduduk kosovo untuk bebas menentukan nasibnya sendiri. Kroasia dan Slovenia mengkhawatirkan tindak tanduk Serbia atas Kosovo yang di dasarkan sebagai ancaman dari suku terbesar terhadap suku minoritas, apalagi mengingat usah Serbia dalam melakukan amandemen terhadap hegemoni Serbia atas repubhlik-republik lainnya. Usaha Serbia untuk membatalkan ketentuan-ketentuan konsitusi telah meninggalkan kekhawatiran republik-republik lainnya. Jelas bahwa perubahan konsitusi nasional tersebut untuk memberikan wewenang lebih besar kepada pemerintah pusat yang berarti pula akan mengurangi kekebasan republik-republik lainnya. Dukungan Kroasia dan Slovenia terhasap etnis Albania telah meninggalakan ketegangan hubungan anatara Korasia dan Slovenia di satu pihak dengan Serbia dan Mentenogro di lain pihak, seperti ketika terjadi perang pers Serbia dan Montengro melawan pres Kroasia dan Slovenia. Pihak Serbia dan Montenegro menuduh di balik dukungan Kroasia dan Slovenia terhadap gerakan irredenta etnis Albania itu tersembunyi maksud kedua republik ini untuk menegaskan atau menguji
kedaulatan pemerintahan federal untuk memungkinkannya memisahkan diri dari Yugoslavia, kemudian hari jika diperlukan. Bersamaan dengan itu, hubungan politik, cultural, dan akademik antara kedua belah pihak juga mengalami kemandekan.
Persengketaan ini mencapai puncaknya ketika pemerintah Slovenioa tidak mengijinkan diadakannya pertemuan massal oleh etnis Serbia dan Montenegro asal Kosovo yang akan dilaksanakan tanggal 1 Desember 1989 di Ljubljana, ibukota Slovenia, yang mana dimaksudkan bagi  rancangan kembalinya etnis Serbia dan Mentenegro itu ke Kosovo setelah merdeka pindah dari sana sejak tahun 1980-an . Selanjutnya pemerintahan Slovenia mengambil langkah-langkah pengamanan untuk mencagah pertemuan massal itu dengan menggerakan polisi dam militernya kedaerah perbatasan Slovenia.
Lebih lanjut lagi, pertikaian antar etnis telah mengakibatkan terjadinya pertentangan antar gereja. Ditangkapnya para militan Kroasia atas serangkaian tindak kerusuhan tahun 1980-an menyebabkan pertentangan kembali antara Gereja Katholik Kroasia dengan pemerintahan federal terutama Serbia. Pertentangan agama yang mulai tumbuh sejak abad 11 itu tetap mengakar kuat bahkan menjalar dalam bidang kehidupan politik dan sosial. Kroasia dan Slovenia secara histories memang telah memiliki perbedaan mendasar dengan Serbia yang tidak jarang menjadi bahan
perselisiahan.Gerja Kristen Orthodoks Serbia yang pro pemerintahan selalu bertentangan dengan Gereja Katholik Roma yang berada di Kroasia dan Slovenia yang sering menyarankan anti pemerintah.
 Selain itu, sosialisasi antara kelompok etnis di Yugoslavia dapat dikatakan sudah tidak ada lagi. Program pertukaran kebudayaan di antara keenam republik semangkin jarang dilakukan. Sekolah-sekolah dengan program nasional semangkin terkikis dan tidak ada satupun universitas yang dibangun untuk semua etnis yang ada.6 Dengan demilian konsep bersatunya Yugoslavia
semangkin hilang didalam kehidupan antar etnis dan tradisi yang selama ini menyatukan Yugoslavia.


2.    Aktor intervensi dalam konflik Kosovo.
Semenjak Serbia dipimpin oleh Slobodan Milosevic terjadi kerusuhan etnis, kerusuhan etnis memuncak ketika di sahkannya amandemen undang-undang dasar Republik Serbia, yang menyatakan bahwa otonomi Kosovo berada dibawah pengawasan pemerintah republik Serbia (Maret 1989).
Padahal sebelum diubah berdasarkan konsitusi 1974 Serbia tidak mempunyai wewenang terhadap propinsi otonominya.Tidak setujunya etnik Albania di Kosovo terhadap amandemen undang-unadang dasar republik Serbia yang berisi mengenai otonomi Kosovo di bawah pengawasan pemerintah republic Serbia, dan etnis Albania baik kaum moderat maupun kaum radikal yang mengandalkan kekuatan bersenjata berpegang teguh pada cita-cita kemerdekaan Republik Kosovo.
Dengan adanya keinginan etnis Albania untuk mordeka dan menjadikan Republik Kosovo sebagai negara yang berdaulat terpisah dari Serbia maka menimbulkan aksi ageresif Slobodan Milosevic menumpa gerliawan dan mengusir etnik Albania dari kosovo, Milosevic menggelegar KLA (Tentara Pembebasan Kosovo) untuk memberantas kelompok separatis yang mengupayakana kemordekaan kosovo. Sedangkan Serbia berpendapat Kosovo secara historis berada dalam kawasan dan sebagai bagian Serbia, dan bagi mereka UCK adalah kelompok teroris yang harus dihancurkan. Dengan adanya aksi berutal tersebut, mengakibatkan banyak korban berjatuhan dari warga sipil Albania.
Berdasarkan laporan pasukan Yugoslavia dan milisi Serbia sudah membantai ribuan warga sipil Albania di Kosovo, mereka juga membakar desa dan kota serta mengusir penduduknya. Pembantaian etnis Albania oleh tentara-tentara Serbia di bawah komando Slobondan Milosevic mendapat aksi protes Amerika Serikat dan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ancaman Amerika Serikat dan NATO terhadap Persiden Serbia (Slobondan Milosevic) untuk menghentikan aksi pembantaian etnis Albania yang di lakukan oleh tentara-tentara Serbia tidak di gubris oleh Slobondan Milosevic, tidak di gubrisnya ancaman Amerika Serikat dan NATO oleh Slobondan Milosevic memaksa Amerika Serikat dan NATO melakukan invasi ke Serbia, dengan tujuan untuk menyelamatkan etnis Albania dan Kosovo dari pembantian lebih lanjut tentara-tentara Serbia di bawah komando Slobondan Milosevic.
Dengan situasi yang tidak kondusif di wilayah Yugoslavia, PBB mengerahkan pasukan perdamaiannya ke wilayah Yugoslavia untuk meredam konflik. Pengerahan pasukan oleh PBB ke wilayah Yugoslavia merupakan pengerahan pasukan terbesar dan terlama sepanjang sejarah penugasan pasukan PBB dalam misi internasionalnya guna menjaga keamanan dan perdamaian dunia. Situasi ini merupakan momentum yang sangat baik bagi kegiatan PBB untuk kepentingannya terutama untuk mendapatkan bantuan dana dari masyarakat internasional. Tidak ketinggalan pula bagi NGO-NGO, krisis yang terjadi di wilayah eks. Yugoslavia merupakan ladang yang subur untuk berkiprah sesuai dengan kepentingannya baik dalam rangka kepentingan kemanusiaan ataupun yang lainnya sesuai dengan misi dari NGO yang bersangkutan. Akan tetapi tidak sedikit dari NGO tersebut justru banyak yang memperkeruh situasi di banding membantu penyelesaian masalah yang terjadi. Misalnya lewat NGO terjadi penyelundupan senjata atau personel NGO merangkap jadi agen intelejen pihak-pihak tertentu di wilayah Yugoslavia.

Latar belakang kemanusiaan dalam konflik Kosovo

Konflik yang terjadi di Kosovo telah menjadi salah satu perhatian utama dunia internasional. Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa etnik Serbia yang dipimpin oleh Slobodan Milosevic berusaha untuk menghalang halangi keinginan etnik Albania di Kosovo untuk mendirikan republik Kosovo yang lepas dari Serbia. Dengan mencabut hak otonomi Kosovo pada tahun 1989, dan berupaya untuk melenyapkan etnik Albania di Kosovo . Tindakannya itu telah mengakibatkan terjadinya tragedi kemanusiaan didaerah Balkan. Dengan politiknya di Kosovo yaitu ‘pembersihan etnik’ yang dilakukan secara bertahap, sistematis, dengan dibarengi strategi bumi hangus. Tentara Serbia menyerbu Kosovo dan membunuh penduduk sipil serta membumi hanguskan desa-desa disana. Melihat kejadian tersebut mau tak mau membuat masyarakat internasional kembali berpikir untuk segera turun tangan. Terutama, ketika melihat besarnya jumlah korban yang menderita dan meninggal dunia, serta ketika negara yang seharusnya berkewjiban menangani masalah keamanan ternyata tak mampu, atau tak mau berbuat sesuatu. Negara Barat hanya melihat dari sudut pandangnya bahwa Kosovo hanyalah
wilayah yang kecil, berpenduduk sedikit ,dan miskin. Pelajaran baru yang kita dapatkan, hanyalah bahwa masyarakat dunia tak bisa tinggal diam melihat pelanggaran HAM dilakukan secara terang- terangan dan sistematis. Kita juga kini tahu bahwa, bila ingin mendapatkan dukungan masyarakat dunia, intervensi harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip universal yaitu yang berpegang pada piagam PBB. Saat ini, kita akan tahu persis bahwa tujuan piagam itu melindungi hak-hak azasi manusia bukan pelanggar hak-hak azasi manusia.
Dalam hal ini, masalah intervensi kemanusiaan tidak dapat dianggap mudah atau begitu saja karena adanya kompleksitas didalamnya. Seperti halnya memastikan secara ‘hitam-putih’ siapa salah siapa benar dalam kasus begini. Yang mengintervensi akan membenarkan tidakannya dengan alasan kemanusiaan, sementara yang diintervensi akan mengecam si pengintervensi dengan alas an melanggar kedaulatan negara. Menurut futurology, batas-batas negara kelak makin kabur di masa mendatang, intervensi kemanusiaan justru akan mendapatkan pembenaran. Orang-orang akan meganggap “ sah-sah saja” berbuat demikian. Hanya saja bukan berarti lalu tak ada lagi persoalan. Sebab, sangat mungkin intervensi semacam itu dijadikan kedok untuk memaksakan kepentingan negara tertentu.
Intervensi pihak luar yang terjadi di Kosovo sebagai bentuk kausalitas konflik yang terjadi di daerah tersebut pada awalnya dilakukan oleh negara negara Barat ( Eropa ) Tetapi Barat lebih berpihak kepada Serbia, beranggapan bahwa Kosovo harus tetap menjadi bagian Republik Federasi Yugoslavia dan mempercayai Serbia sebagai faktor stabilitas wilayah Balkan. Pendapat ini keliru karena Serbia melakukan tindakan yang malah memicu pertentangan semakin tajam. Konflik terus berkecamuk di Kosovo. Amerika yang mengaku sebagai polisi dunia dan berperan penting menjaga ketertiban dan keamanan dunia merasa
terpanggil untuk ikut campur menyelesaikan konflik yang terjadi. Salah satu niat baik yang diberikan Amerika dengan mengupayakan perdamaian melalui bentuk persetujuan konsep perdamaian yang dibawa oleh duta perdamaian Amerika Serikat Richard Hoolbrooke. Dengan tujuan membujuk Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic untuk menyetujui konsep perdamaian dengan etnik Albania di propinsi Kosovo, yang antara lain ditandai dengan pemberian otonomi penuh pada Kosovo dan kehadiran pasukan penjaga perdamaian Barat dipropinsi ini. Ternyata upaya ini tidak direspon dengan baik oleh Milosevic.
Sejak berlangsung perundingan sebelumnya di Rambouillet, di luar kota Paris, AS dan negaranegara Pakta pertahanan Atlantik Utara NATO sudah memperingatkan Milosevic, dengan ultimatum kalau ia bersikeras tidak mau menyetujui konsep perdamaian yang ditawarkan, maka negara tersebut ( Yugoslavia ) akan diserang. Dan terbukti Milosevic tetap bersikukuh dengan pendiriannya tidak mengindahkan ancamantersebut.
Akhirnya pada hari Rabu siang 24 Maret 1999, di ruang Ruang Oval Gedung Putih atas laporan Penasihat Keamanan Nasionalnya, Sandy Berger bahwa misi duta perdamaiannya mengalami kegagalan dan permohonan persetujuan penyerangan atas Yugoslavia. Dengan tegas Bill Clinton menyatakan penyerangan terhadap Yugoslavia. Berger lalu kembali ke kantornya dan memanggil Jendral Hugh Shelton, Kepala Pimpinan Staf Gabungan, yang meneruskan keputusan presiden tersebut ke kantor Jendral Wesley Clark, Panglima tertinggi NATO di Brussels, Belgia. Disini terlihat bahwa Amerika Serikat secara sepihak membuat keputusan penyerangan terhadap Serbia tanpa pertimbangan dan persetujuan Dewan Keamanan PBB, sebagai Badan Organisasi Internasional. Sekitar dua jam kemudian saat malam sudah turun di Pristina, ibu kota Kosovo terjadi beberapa kali ledakan, sejak itu Operasi Kekuatan Gabungan ( Operation Allied Force )NATO mulai dilancarkan. Serangan udara yang dilancarkan NATO di Kosovo penuh dengan drama ,sangat menarik dari kaca mata kajian strategi dan politik, perang udara terbesar di Eropa sejak tahun 1945 dimulai. Dalam penyerbuannya ini AS mengerahkan hampir seluruh kekuatan persenjataannya termasuk juga rudal berpengarah laser dan persenjataan teknologi tinggi lainnya serta kekuatan udara berupa berbagai jenis pesawat perang.Guna ambil bagian dalam perang yang didalamnya terkandung kekejaman abad pertengahan. Dalam serangan ini pihak NATO menyatakan berupaya keras menghindari jatuhnya korban baik warga sipil maupun bangunan sipil. Meski NATO dalam Operasi Allied Force sudah mengerahkan kekuatan udaranya yang spektakuler, tetapi Presiden Milosevic masih sanggup bertahan, bahkan sebenarnya sempat ngotot.
Sepekan setelah serangan NATO, aksi Milosevic menumpas gerilyawan dan mengusir etnik Albania dari Kosovo masih terus menggencar. Oleh KLA ( Tentara Pembebasan Kosovo ), kelompok separatis yang mengupayakan kemerdekaan Kosovo, pasukan Yugo dan milisi Serbia dilaporkan sudah membantai ribuan warga sipil Albania di Kosovo. Mereka juga membakar desa dan kota, serta mengusir penduduknya.
Atas aksi tersebut, gelombang pengungsi yang berjumlah ratusan ribu, mengalir membanjiri negara disekitar Yugo, seperti Albania, Macedonia, dan Turki. Tragedi kemanusiaan di Kosovo ini sempat disebut sebut sebagai bencana paling besar yang terjadi di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II. Dengan latar belakang sepert itu, NATO bertekad melanjutkan serangan udara hingga Presiden Milosevic bersedia menendatangani perjanjian Rambouillet.
Setelah persetujuan dicapai antara NATO dan Yugoslavia, pengungsi Kosovo etnik Albania segera bergegas kembali ke kampung halaman, dan tentara Serbia yang dikirim ke Kosovo pun juga kembali kedaerah asalnya (meski pada sebagian waktu kemarin mereka harus sembunyi dari gempuran serangan udara NATO ), semua bisa melihat kehancuran yang ada. Selain sasaran militer, bom-bom NATO juga menghancurkan prasarana sipil seperti jembatan, juga pabrik dan fasilitas umum. Setelah Milosevic menyerah dan Kosovo diberikan di bawah pengawasan internasional. Sekilas membaca penjelasan diatas mengenai intervensi kemanusiaan di Kosvo, dapat diambil pemahaman bahwa,campur tangan yang dilakukan Amerika Serikat dan Sekutunya yang tergabung dalam Pakta Pertahanan NATO adalah dalam bentuk Intervensi Kekuatan Bersenjata.
kesimpulan



Keberadaan intervensi kemanusiaan dalam upaya penyelesaian konflik masih menjadi sesuatu yang tidak mungkin terlepas dari kepentingan aktor pelaku intervensi. Keterlibatan NATO dan negara-negara anggotanya dalam menyelesaikan konflik Kosovo lebih banyak mempergunakan jalan kekerasan,karena menurut mereka cara-cara damai hanya akan menghabiskan waktu dan memberi kesempatan bagi Serbia untuk melakukan tawar-menawar. Jika itu dilakukan sama saja menunjukkan kelemahan NATO yang dalam situasi ini seharusnya bertindak sebagai pemegang kendali.
 NATO juga merasa berhak untuk melakukan intervensi dalam konflik Kosovo, karena di Kosovo dapat dikatan telah terjadi pelanggaran HAM berat dimana terdapat usaha pemusnahan etnis Albania atas etnis Serbia yang secara tidak langsung dikomandoi oleh Slobodan Milosevic. Amerika Serikat yang tergabung dalam NATO dan mengikuti Operasi Allied Force pun mempunyai kepentingan tersendiri dalam intervensi tersebut, yaitu ingin mendapatkan simpati dan berusaha membendung hegemoni Rusia yang cukup berpengaruh juga di kawasan Eropa Timur.












Daftar pusaka

Konflik Kosovo dan Kekuatan Udara, dalam http://www.angkasaonline.
com/09/10/opini/opini1.htm,
Laporan Tahunan KBRI di Beograd II 1989/1990
Dari konflik pasca Perang Dingin : Studi Kasus Yugoslavia, Laporan Penelitian FISIP UGM Yogyakarta,1996.