Sabtu, 20 April 2013

Ruang Publik


Ruang Publik
Indra Fahrozi

Teori kritis ini berkembang pada tahun 1930an dimana pada tahun 1923 di Universitas Frankfurt, Frankfurt in Am dibangun sebuah lembaga riset dengan nama Institut für Sozialforschung atau Institut untuk Riset Sosial. Para pemikir dan juga merupakan pemikir Neo-Marxis yang tergabung dalam riset ini seperti  Marx Hockheimer, Thedore Adorno, Erich Formm, Herbert Marcuse, Franz Neumann, Freiderich Pollock, dan juga Jurgen Habermas. Mereka dan instutusi mereka  dilabeli dengan sebutan “Mazhab Frankfurt”.
Analisis kritis Marx terhadap kapitalisme itu memungkinkan untuk adanya harapan untuk masa depan, tetapi disamping itu mereka juga merasa putus asa dan kehilangan harapan. Ini dikarenakan mereka melihat masa masalah dunia modern bukan sebagai sesuatu yang khas dalam kapitalisme, tetapi merupakan sesuatu yang mewabah didunia rasional. Ini sama dengan apa yang dikatakan Marx Weber terkait “ kerangkeng besi “ dari struktur yang semakin rasional dimana harapan untuk lari darinya semakin tipis dari waktu ke waktu.
Jürgen Habermas dan Ruang Publik
Beberapa orang dari pemikir Marxis mengkritik bahwa mazhab Frankfurt merupakan suatu paradigma yang gagal, beberapa tuduhan dilayangkan kedalam mazhab ini seperti teorinya yang bersifat ahistori, kecenderungan pemikiran mereka yang melupakan aspek ekonomi. Maka dari itu Mazhab ini sempat mengalami kemunduran, sampai akhirnya muncul seseorang yang bernama Jürgen Habermas yang merupakan alumni dari perkumpulan Mazhab Frankfurt ini, era Habermas juga sering disebut sebagai Mazhab Frankfurt II.
Habermas mencoba untuk membangunkan kembali teori kritis yang sebelumnya mengalami kemunduran oleh generasi yang pertama. Maka dari itu dengan pemikiran-pemikiran Hockheimer dan Adorno yang dia jadikan sebagai titik tolak pemikirannya, Habermas merumuskan bahwa teori kritis merupakan filsafat empiris sejarah dengan maksud praktis.
Salah satu karya terbesar Habermas adalah Ruang Publik, karya ini dibuat oleh Habermas setelah pengalamannya yang berjumpa fasisme dan juga setelah dia magang dengan T. Adorno. Ruang publik ini sendiri merupakan konsepsi keadaan politik yang bersih dapat diwujudkan, dan dikaryanya ini pula tersirat harapan Habermas tentang pengidentifikasian filsafat politik untuk memecahkan konsekuensi kapitalisme dan kontrol negara.
Menurut Habermas ruang publik merupakan arena dimana debat berlangsung, dimana merupakan temapat pembentukan ide, pengetahuan, dan kontruksi opini yang bersifat kolektif dipakai bersama, serta ruang opini publik yang dibentuk sebagai hasil komunikasi.
Ruang publik adalah hal yang paling konstruktif menurut Habermas, tetapi tidak ketika ruang publik itu sendiri terpengaruhi oleh kepentingan komersil atau kontrol negara. Ruang publik pada hakekatnya pasti diisolasi dari kepentingan dominan, namun pengisolasian itulah yang membentuk kondisi demokratis secara efektif.  Maka dari itu ketika ruang publik telah komersialisasikan maka sejatinya ruang publik tersebut sudah tidak ada artinya.
Ruang publik membentuk kesadaran masyarakat melalui suatu komunikasi, dan komunikasi itu dianggap penting dalam proses demokratisasi. Ini dikarenakan kondisi masyarakat yang sudah mencakup skala yang sangat luas, dan informasi yang diberikan dapat dimediasi melalui ruang dan waktu. Ruang publik sekali mendapat peranan sebagai pertukaran ilmu pengetahuan serta informasi sehingga orang-orang dapat berpartisipasi penuh sebagai warga negara.
Dalam persfektifnya tentang feminis, Habermas mengaskan safat dasar konsepsi asli ruang publik yang bersifat elastis dan terkucilkan, ini dikarenakan teorinya yang mencakup dalam proses debat dan pertukaran ilmu pengetahuan. Disini terlihat kelemehan dari pemikiran Habermas tentang ruang publik dan partisipasi perempuan didalamnya. Dalam hal ini maka ruang publik mengabaikan perbedaan kelompok yang nantinya akan terjadi pengucilan beberapa kelompok dari partisipasinya diruang publik. Oleh karena itu sesorang tidak harus melihat ruang publik hanya dalam satu kelompok saja, tetapi juga keseluruh kelompok ruang publik lainnya.


SUMBER REFERENSI:
John Hartley, Communication, Cultural, & Media Studies: Konsep Kunci, Jalasustra, Yogyakarta, 2011
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai dengan Perkembangan Teori Sosial Post-Modern, Kreasi Wacana, Bantul, 2011


  

1 komentar:

  1. yup, terimakasih, silakan lanjut tugas selanjutnya, dan tambah referensi.

    BalasHapus