A. Sosiologi dan pendidikan
Ada sejumlah devinisi tentang sosiologi, namun walaupun berbeda-beda bentuk kalimatnya, semuanya memiliki makna yang mirip. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi, sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atu sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Sosiologo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab iya bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi dilapangan.
2. Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan dimasyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu didalamnya, tidak menilai apakah itu baik atau buruk.
sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, maka pada abad ke 20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam bab landasan sejarah telah dijelaskan bahwa akibat aliran liberalisme dan positivisme manusia didunia tidak pernah merasa hidup damai, yang merangsang munculnya aliran kemasyarakatan dalam pendidikan. Aliran ini berusaha membuat manusia bisa merasa tenang melalui pendidikan. Ini berarti proses pendidikan harus di ubah.
Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Para guru dan pendidik lainnya akan menerapkan konsep sosiologi dilembaga pendidikannya masing-masing.
Salah satu bagian sosiologi, yang dapat di pandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi: (1) interaksi guru-siswa, (2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah, (3) struktur dan fungsi sistem pendidikan, dan (4). Sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling terkait. Mari kita lihat bagaimana bagian-bagian sosiologi memberi bantuan kepada pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan. Pertama-tama adalah tentang konsep proses sosial, yaitu suatu cara berhubungan antar individu atau antar keloompok atau individu dengan kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan tertentu. Proses sosial atau sosialisasi ini menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya semakin meningkat. Dia atau mereka semakin kenal, semakin akrab, lebih mudah bergaul, lebih percaya pada pihak lain, dan sebagainya.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktor-faktor berikut:
1. Imitasi
2. Sugesti
3. Identifikasi
4. Simpati
Proses sosial bisa terjadi karena salah satu dari faktor diatas atau gabungan beberapa dari pada nya.
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif. Kalau anak meniru orangtuanya atau gurunya berpakaian rapi, maka anak ini sudah mensosialisasi diri secara positif baik terhadap orangtua nya maupun terhadap gurunya. Tetapi kalau anak meniru orang-orang lain meminum minuman keras, maka ia melakukan sosialisasi negatif, ia masuk kekelompok orang-orang yang minum-minuman keras.
Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas. Disekolah yang berwibawa misalnya guru, yang berwewenang misalnya kepala sekolah, dan yang mayoritas misalnya pendapat sebagai besar temannya. Sugesti ini memberi jalan bagi anak itu untuk mensosialisasi dirinya. Namun kalau anak terlalu sering mensosialisasi lewat sugesti dapat membuat daya berpikir yang rasional terhambat.
Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat indentifikasi. Ia berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar. Kata indentifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama. Seorang anak bisa saja mengidentifikasi gurunya dalam lompat tinggi sebab guru itu juara dalam lompat tinggi. Atau anak lain akan mengidentifikasi guru putri yang cantik. Anak ini ingin secantik gurunya, paling sedikit dalam caranya berdandan.
Simpati adalah faktor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Faktor perasaan memegang peranan penting dalam simpati. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru dengan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi, dan anak-anak akan tertib mematuhi peraturan-peraturan kelas dalam belajar.
Keempat faktor tersebut diatas yang mendasari sosialisasi anak-anak adalah merupakan suatu tingkatan keterlibatan hati anak-anak dalam mengadakan proses sosial. Hati mereka paling terlibat adalah pada faktor terakhir yaitu simpati. Pada imitasi mereka sekadar meniru pada sugesti karena pengaruh dari luar dan pada identifikasi sudah ada upaya untuk menyamakan diri. Proses sosial ini ada kalanya disebabkan atau didasari oleh salah satu atau beberapa faktor itu, tetapi sering pula terjadi didasari oleh keempat faktor itu secara berturut-turut mulai dari imitasi sampai dengan simpati.
Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu menciptakan situasi, terutama pada dirinya sendiri, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri anak-anak. Misalnya guru harus bisa menjadi contoh dalam berperilaku agar ditiru, diidentifikasi, dan anak-anak merasa simpati kepada nya. Begitu halnya dengan kondisi kelas, perlu dibina dengan baik agar sosialisasi anak-anak tidak terhambat.
Coleman (1984) menulis bahwa satu yang terpenting fungsi sekolah ialah memberikan dan membangkitkan kebutuhan sosial dan rekreasi. Kebutuhan rekreasi ini membuat anak-anak merasa gembira, antusias, dan tidak merasa dipaksa datang kesekolah. Perasaan seperti ini bertalian erat dengan perasaan sosial. Mana kala anak-anak sudah dapat berteman dengan baik dengan yang lain, mereka akan merasa aman. Bebas dari rasa curiga, dan takut. Sudah tentu hal ini membuat mereka senang dan puas belajar disekolah.
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut:
1. Kontak sosial
2. Komunikasi
Baik kontak sosial maupun komunikasi dapat menghasilkan interaksi sosial yang positif dan dapat pula negatif. Hal ini bergantung kepada hasil akhir dari interaksi sosial itu.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Kontak antar individu. Misalnya anak dengan ibu rumah tangga, siswa dengan guru atau siswa dengan siswa disekolah. Sudah tentu kontak-kontak ini memiliki maksud-maksud tersendiri, seperti minta penjelasan sesuatu, bertanya tentang suatu hal, belajar bersama, dan sebagainya.
2. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya. Contohnya ialah seorang remaja ingin ikut perkumpulan sepakbola, seorang guru mengajar di kelas, pengurus BP3 mendatangi kepala sekolah untuk keperluan tertentu, dan sebagainya.
3. Kontak antarkelompok, misalnya rapat orang tua siswa dengan guru-guru, dua perkumpulan sosial bernegosiasi untuk mengatasi kenakaln remaja, dua kelompok kesenian merencanakan main bersama disuatu daerah, dan sebagainya.
Kominikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud adalah:
1. Melalui pembicaraan, dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halus, kasar, dan keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.
2. Melalui mimik, seperti raut muka, pandangan, dan sikap.
3. Dengan lambang, contohnya ialah bicara isyarat untuk orang-orang tuna runggu, menempelkan telunjuk di depan mulut, menggelengkan kepala, menganggukkan kepala, membentuk huruf O dengan jari tangan, dan sebagainya.
4. Dengan alat-alat, yaitu alat-alat elektronik, seperti radio, televisi, telepon, dan sejumlah media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, dan sebagainya.
Keempat alat komunikasi itu bisa dipakai dalam pendidikan. Namun perlu dipilih agar cocok dengan materi yang dipelajari anak-anak dan dengan cara mempelajarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar