Selasa, 28 Mei 2013

Sejarah Afrika



kelompok 3
disusun:
 
Erman Adia Kusuma
Mochamad Imam Subeukti
Tati Haryati 

                                        
 



BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
Sebelum mengetahui keberadaan Afrika beserta isi dan kekayaan yang melimpah belum banyak bangsa barat yang berdagangan ke Afrika namun setelah di bukanya jalan menuju benua Afrika tersebut banyak kedatangan bangsa barat ke benua kedua setelah Asia. Banyak pedagang-pedagang barat yg tertarik dengan Afrika sudah terjadi persaingan-persaingan antara pedagang-pedagang barat tersebut. Mereka beusaha untuk menguasai daerah-daerah dibenua Afrika terutama daerah-daerah yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Imperialis yang sering bersaing adalah Inggris dan Prancis mereka berusaha mempererbutkan SDA yang besar dan daerah yang diperebutkan oleh Imperialis Inggris ialah Sudan. Persaingan ini terlihat pada waktu pemerintahan Ros Bery yang dimana terjadi bentrokan antara Inggris dengan Prancis yang merupakan persaing terbesar dalam hal melaksanakan politik Imperialisme di Afrika dan puncak sengketa Imperialis tersebut (Inggris-Prancis) menimbulkan suatu krisis yang memperebutkan daerah Fashoda di Sudan.
Imperialis-kapitalis terhadap Afrika Selatan makin besar setelah ditemukannya tambang-tambang emas di Witwatersrand. Berduyun-duyun pencari emas dari Australia dan California datang di tempat tersebut. Bangsa Boer khawatir bahwa banyak pendatang yang menyerbu daerahnya itu akan mengakibatkan mereka menjadi golongan minoritas. Sementara itu banyak bangsa Boer yang meninggalkan negrinya dan mendirikan Negara-negara baru di Bechuanaland, Goozen dan Stellaland. Kemudia muncul masalah Afrika setelah memuncak pada pemerintahan Salisbury yang ketiga kalinya (1895-1903). Kedudukan cabinet Salisbury pada waktu itu sangat kokoh karena tidak menghadapi oposisi yang kuat.
Pada masa permulaan perang kebanyakan orang-orang Uitlanders meninggalkan kota sehingga jalannya perusahaan pertambangan mereka manjadi terhenti. Waktu perang Boer dimulai, kaisar Jerman sedang mengunjungi Inggris kunjungan yang pertama sesudah telegram Kruger yang nampaknya ada gejala-gejala untuk saling mendekati diantara kedua Negara tersebut.

b.      Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Perjanjian Penentuan Batas-batas?
2.      Bagaimana keadaan pada Krisis Fashoda?
3.      Bagaimana pembentukan Imperium Inggris si Afrika Selatan?
4.      Bagaimana keadaan pada saat masalah di Afrika Selatan muncul?
5.      Jelaskan Perang Boer ke II?


c.       Tujua masalah
1.      Untuk mengetahui Perjanjian Penentuan Batas-batas
2.      Untuk mengatahui keadaan pada Krisis Fashoda
3.      Untuk mengetahui pembentukan Imperium Inggris si Afrika Selatan
4.      Untuk mengetahui keadaan pada saat masalah di Afrika Selatan muncul
5.      Untuk mengetahui Perang Boer ke II










BAB II
PEMBAHASAN

Ø  SUDAN, DAERAH SENGKETA IMPERIALIS INGRIS- PERANCIS..

1.      Perjanjian penentuan batas- batas
Ketika Salisbury berkuasa untuk kedua kalinya memimpin cabinet (1886-1892) dan merangkap sebagai menteri  luar negeri, masyarakat inggris pada waktu itu telah semakin bersifat Imperialis. Benih benih yang di tanamkan oleh Disraeli telah berkembang. Ekspansi secara besar- besaran harus di jalankan. Dalam pemerintahan kedua ini politik salibury terhadap mesir telah berubah. Salibursy berpendapat bahwa terlalu banyak mendapatkan kolono adalah sangat berbahaya dan dapat memungkinkan rusaknya perimbangan di Eropa. Oleh karena itu maka perhatiannya terhadap masalah -masalah koloni hampir di tunjukan kepada benua afrika saja.
Pada 1886 Ingris dan Jerman mengadakan traktat untuk mengatur batas- batas daerahnya di Afrika Timur. Bagi Inggris tujuan penukaran pulau Helgoland dengan daerah –daerah di Afrika timur itu ialah :
1.      Untuk menguranagi pertentangan Jerman dan Inggris dalam menghadapi masalah-masalah colonial di Afrika
2.      Pesaing Inggris di Afrika menjadi berkurang. Sehingga tinggal Prancis saja pesaingnya terbesar di dunia itu.
3.      Dengan tindakan ini Inggris mengharapkan bantuan Jerman untuk mematahkan pengaruh perancis di mesir.
4.      Inggris berhasil mengepung daerah sudan. Politik ini kelak dijalankan pula oleh Inggris terhadap Africa selatan pada waktu menghadapi bangsa boer.
Pada 1890 persaingan jerman dengan perancis di daerah sekitar sungai Niger dapat di atsai dengan penentuan batas-batas . akibat dari ketentuan itu, perancis dapat menghubungkan koloninya yang lama di Senegambia dengan yang baru di pantai di pantai Guinea. Sebaliknya bagi Perancis perjanjian tersebut menutup kemungkinan-kemungkinan bagi perancis untuk melebarkan sayapnya ke daerah sungai Nil.
Di Africa perang dingin antara Inggris dan perancis tetap berlangsung di daerah sungai Niger perancis berusaha memperluas daerah pengaruhnya, tetapi usaha Ini selalu di rintangi oleh Inggris. Perancis juga menuntut agar inggris meninggalkan mesir, tetapi tuntutan ini pun di tolak.
2.      Krisis Fashoda
Apabila Afrika sebelah selatan dan timur merupakan tempat di mana inggris mendapatr saingan dari bangsa Jerman dalam mencari daerah-daerah pengaruh, maka di Mesir dan Maroko saingan Inggris yang terhebat adalah Perancis. Puncak sengketa antara dua Negara imperialis tersebut menimbulkan suatu krisis. Masing- masing memperebutkan daerah Fashoda di Sudan. Dengan memiliki Fashoda, di Lembah sungai Nil itu. Yang kemudian juga di harapkan akan di tambah dengan penguasaan Ethiopia, impian negeri perancis untuk membuat suatu Imperium ke samudera samudera akan terlaksana.
Pada Februari 1896, ketika inggris juga mengirimkan Ekspedisi dengan tujuan yang sama dan berangkat dari Afrika timur, maka Liotard di panggil kenbali oleh pemerintahnya. Sebagai gantinya, Kapten J.B. Marchand juga di perintahkan juga untuk melintasi Africa menuju ke lembah Nil hulu. Pada 1898  ia bersama tentaranya sebanyak 20.000 orang berhasil mengalahkan kaum derwish di Atbara. Dari kota ini serangan di teruskan ke Omdurman jatuh ke tangan tentara Inggris-mesir. Lord Cromer memerintahkan agar bendera Inggris berkibar di mesir. Sesungguhnya ekspedisi Marchand itu telah bekerja selama dua tahun. Ia meninggalkan Marseille pada 1896 dan mendarat di Loango di afrika barat. Di tempat ini telah tertahan selama 6 bulan karena ada pemberontakan suku-suku bumiputra dan juga karena kesehatan badannya terganggu.
Akhirnya tercapailah persetujuan dengam Mesir. Pada Januari 1899 di tandatangani dengan perjanjian yang disebut Cpndominium agreement. Perjanjian ini diadakan berdasarkan saran Salibury yang di sampaikan kepada Lord Cromer pada 2 agustus 1898. Dengan perjanjian itu, sudan diperintah oleh mesir dan Inggris, Lord kitchener ditunjuk sebagai Gubernur jenderal di Anglo-Egyptian sudan itu. Diantara Negara-negara besar Eropa itu hanya Perancis sajalah yang tidak mau mengakui kekuasaan Inggris di Sudan. Akhirnya perancis pun mengakui kekuasaan condominium Ingris-Mesir di sudan berdasarkan perjanjian: Bahwa perancis melepaskan seluruh pengaruhnya di sekitar bahr-el-Gazal, batas Antara daerah sudan dan congo.

Ø  AFRIKA SELATAN DISERBU IMPERIALIS INGGRIS

1.      C. Rhodes, pembentukan Imperium Inggris di Afrika selatan
Ketika terusan suez dibuka pada 1869, arti Afrika Selatan tidak lagi sepenting masa-masa sebelumnya. Tetapi ketika pada tahun itu juga ditemukan tambang-tambang intan diantara Sungai  Vaal dan Sungai Orange, pemerintah Inggris mulai yakin bahwa Afrika Selatan itu  memiliki arti yang besar sekali. Daerah pertambangan yang terbaik di tempat itu diberi nama Kimberley, diambil dari nama pengganti Lord Granville sebagai mentri jajahan. Selain kota Kimberley, kemakmuran yang menyilaukan itu terdapat pula kota-kota lain di tanah orang-orang Griquas. Akibatnya mulailah riwayat pencari-pencari intan memasuki Griqualand. Pada 1871 daerah tersebut dianeksasikan oleh Inggris.
Di antara penyelidikan tanah untuk mencari tambang-tambang tersebut adalah Cecil Rhodes. Ia dating pada waktu api imperialism Inggris akan dinyatakan kembali dan pada waktu daerah Inggris yang ada di Afrika Selata akan diperluas. Segera sesudah ia mendapatkan tambang-tambang intan, ia mengadakan persekutuan dengan  C.D. Rudd dan kemudian dengan penggali tambang lainnya. Dalam waktu enam belas tahun lamanya, Rhodes berhasil mengumpulkan kekayaan dan ia sendiri dapat menguasai De Beers Mining Company serta memiliki monopoli terhadap sebuah tambang intan.
Perhatian kaum Imperialis-kapitalis terhadap afrika Selatan makin besar sesudah ditemukan tambang-tambang emas di Witwatersrand. Berduyun-duyun pencari Emas dari Australia dan California dating di tempat tersebut. Selain itu juga datang ribuan pendatang dari berbagai kebangsaan di Transvaal dengan maksud untuk mengadu untung. Bangsa Boer menjadi khawatir, bahwa banyaknya pendatang yang menyerbu daerahnya itu akan mengakibatkan mereka menjadi golongan minoritas di nehrinya sendiri. Oleh sebab itu maka pada 1874, mereka membuat peraturan, bahwa hak pilih dimiliki oleh setiap orang kulit putih di negeri itu, tetapi bagi mereka yang tidak memiliki tanah, hak itu dimilikinya sesudah mereka berdiam di daerah tersebut selama satu tahun.
Sementara itu di Transvaal masiih berlangsung peperangan antara orang-orang Boer dan penduduk bumiputra. Pada 1876 orang-oranng Boer dapat mengalahkan suku Sekukuni yang berdiam disebelah Selatan Sungai Olifant. Nampaknya masalah sengketa dengan suku Sekukuni tersebut telah dapat diatasi. Akan tetapi kemudian timbul kesukaran dalam soal keuangan dengan penduduk bumiputra tersebut. Untuk menyelesaikan masalah itu orang-orang Boer minta bantuan kepada Sir Theopilus Sheptone yang merupakan Gubernur Natal agar mau bertindak sebagai wasit.
Kesempatan mengadakan intervensi terhadap Transvaal itu disalahgunakan oleh Inggris untuk menganeksasikan Transvaal (1877) dan pada 1879 Transvaal dinyatakan sebagai daerah jajahan Inggris. Pada tahun itu juga, sesudah Sir Battle Free—seseorang yang memerintah dengan besi diangkat menjadi Komisaris tinggi di Afrika Selatan, Inggris melakukan peperangan dengan orang-orang Zulu. Suku pribumi Afrika ini pernah pula mengancam Rebuplik Transvaal. Pemimpin orang-orang Zulu bernama Cetewayo. Walaupun perang itu tidak berlangsung lama, namun cukup banyak membawa insiden-insiden. Di Islandhlwana, angkatan perang Inggris di kalahkan, dan sebanyak 1600 orang terdiri atas orang-orang Inggris dan penduduk bumiputra dibunuh oleh orang-orang Zulu. Akan tetapi akhirnya Lord Chelmsford dapat membawa kemenangan dalam pertempuran di Ulundi. Cetewayo ditangkap dan diasingkan, sedang daerahnya dijadikan daerah protektorat Inggris. Pada 1887 Zululand ini dianeksasikan.
Tindakan pemerintahan Inggris terhadap Transvaal pda 1879 itu pasti akan mengakibatkan suatu peperangan, karena orang-orang Boer menolak aneksasi tersebut. Glodstone yang pda waktu itu belum memegang kekuasaan, juga meramalkan akan adanya perang itu. Ia tidak setuju dengan tindakan pemerintah terhadap Transvaal. Akan tetapi ketika pada 1880 Glodstone menjabat perdana mentri, ia mengumumkan bahwa Transvaal adalah daerah Inggris.
Sudah barang tentu orang-orang Boer sangat kecewa terhadap politik Gladstone, yang semula dianggap sebagai sahabat yang dapat diharapkan. Kemudian dibawah pimpinan kruger bangsa Boer di Transvaal mulai melakukan pemberontakan (Desember, 1880). Sir George Colley membawa tentara dari Natal untuk member jawaban terhadap tantangan bangsa Boer itu. Tetapi mereka mengalami kekalahan di Majuba Hill (Februari 1881). Pemerintah inggris mengirim Lord Roberts dengan membawa kekuatan yang besar ke Afrika Selatan, tetapi sebelum bantuan ini datang, bangsa Boer telah mengadakan gencatan senjata. Di dalam Konvensi Pretoria (1881) hak-hak orang-orang Transvaal untuk memerintah sendiri diakui tetapi Transvaal tetap dibawah “suzerainty” ratu Inggris.
Sesudah  peristiwa pertempuran Majuba Hill, orang-orang Afrikander Bond. Program pergerakan tersebut ialah: satu Afrika Selatan dibawah bendera sendiri. Dibawah pimpinan Jan Hofmeyr, Bond itu menjadi partai yang berpengaruh diparlemen
Selain faktr kekayaan berupa emas dan intan, perluasan daerah kekuasaan Inggris di Afrika Selatan tersebut disebutkan pula oleh karena Jerman dengan tiba-tiba menjadi penguasa yang kuat di Afrika Selatan.  Pada 1883 , Heinrich Vogelsang yang merupakan seorang utusan pedagang Bremen pimpinan Luderitz mendarat di Angra Penguena dan membeli tanah disepanjang pantai sampai sejauh Sungai Oranye di sebelah selatan. Kekuasaan Jerman di daerah ini menimbulkan opposisi dari pihak Inggris, karena pada 1878, Inggris telah menduduki Walfish Bay,Bandar terbaik di pantai barat daya. Cita-cita Inggris ialah menguasai seluruh daerah antara Walfish Bay dan Cape Colony. Tetapi sekarang terdapat kekuasaan Jerman sebagai perintah lebih-lebih ketika pada 1884, daerah milik Luderitz mendapat perlindungan dari pemerintahnya. Disamping itu pada 1881 Afrika Timur Jerman juga berada, dibawah perlindungan negrinya. Dari tempat ini orang-orang Jerman akan menduduki Santa Lucia Bay di tanah Zulu di pantai timur.
Masih ada factor lain yang mengakibatkan pengluasan kekuasaan Inggris itu, ialah sifat imperialism itu sendiri yang tidak puas-puas dengan hasil yang telah dicapai. Cecil Rhodes adalah pembentuk Imperium Inggris di Afrika Selatan. Ia adalah seorang imperialis patriotic yang ingin menggunakan kekayaannya yang tidak terhitung itu untuk alat mendapatkan kekuasaan dan kekusaan itu digunakan sebagai alat untuk menyebarkab pengaruh dan cita-cita Inggris. Politiknya mendekati politik Afrikander Bond, ialah menempatkan bangsa Belanda dan Inggris itu pada kedudukan yang sama dan membentuk suatu federasi antara republik-rebuplik Belanda, yaitu dengan menggambungkan Transvaal dan Orange Free State dengan daerah-daerah Inggris, yaitu Natal dan Cape Colony.
Akan tetapi Rhodes sebenernya mempunyai cita-cita menanamkan kekuasaan Inggris. Pengaruh Inggris di Afrika Selatan akan diperluas kedaerah-daerah jauh ke utara. Ketanah-tanah dipedaleman yang pernah dijajahi oleh Livingstone.
Pada 1884, Konvensi Pretoria itu diperbaharui dalam konvensi London, kemerdekaan Republik Transvaal diakui oleh Inggris , tetapi dengan perjanjian bahwa rebuplik Transvaal itu tidak akan membuat perjanjian dengan negeri lain tanpa izin Inggris, selain dengan Orange Free State disini pertanyaan “verada di bawag suzerainty Inggris” dihapuskan.
Sesudah penandatanganan konvensi tersebut, Kruger melakukan kunjungan-kunjungan ke beberapa negeri di Eropa bagian Kontinen, Belanda, Belgia, Prancis, Portugal, dan Jerman. Dari berbagai pembicaraan itu Portugal akan segera membuat jalan kereta api dan Lorenzo Marques ke perbatasan Transvaal. Di Amsterdam dan Berlin ia berhasil menarik perhatian kaum kapitalis untuk memperjalan jalan kereta api ke Pretoria. Kruger tiba di tanah airnya, Volksraad meratifikasi hasil konvensi yang telah diputuskan itu.
Sementara itu banyak kelompok-kelompok bangsa Boer yang meninggalkan negrinya dan mendirikan Negara-negara baru di Bechuanaland, Goozen dan Stellaland. Bechuanaland adalah sebuah gurun pasir kering yang luas dan sebagian merupakan padang rumput. Daerah ini terletak di utara Cape Colony dan seakan-akan seperti koridor yang menghubungkan Republik Transvaal dan Orange Free State disebelah timur dengan Afrika Barat daya (Jerman) di sebelah barat. Rhodes menggambarkan daerah tersebut “terusan Suez” di afrika Selatan, dan merupakan pintu gerbang yang terpenting untuk menuju ke utara. Tanpa memiliki daerah tersebut, berarti bahwa Afrika Selatan jajahan Inggris itu akan dikepung oleh Republik Boer dan daerah Jerman yang terdapat disebelah utara daerah Inggris dan mempunyai hubungan dari lautan yang satu ke lautan yang lain.
Goozen dan Stellaland terletak diantara republik Boer dan Gurun  Kalahari. Dan daerah tersebut juga akan menjadi pemicu bagi Inggris untuk melakukan ekspansinya le utara. Rintangan ini makin terasa bagi Inggris ketika diadakan perjanjian antara kedua republic itu dengan orang-orang Zulu, dengan ketentuan bahwa republic-republik kecil tersebut akan dapat mencapai pantai dan akan memberikan kesempatan kepada orang-orang Boer untuk tidak menggantungkan diri kepada Cape Colony karena mereka sendiri telah dapat mengadakan hubungan dengan Negara-negara asing.
Ketika hubungan kaum imperialis Jerman dengan orang-orang Boer makin erat, maka Inggris di Afrika Selatan khawatie jangan-jangan bangsa Boer itu akan menerima perlindungan Jerman. Untuk mendapatkan Bechuanaland, mula-mula Rhodes memasuki gelanggang politik di Cape Colony dan kemudian ia berhasil berkuasa di Cape Town ia mulai mengadakan agitasi yang kuat untuk ekspansi Inggris ke Bechuanaland.1884 ia mengunjungi Bechuanaland, akan tetapi bangsa Boer di Transvaal pada waktu itu juga sedang memperluas pengaruhnya di daerah tersebut. Rhodes tidak dapat mencapai maksudnya.
Akhirnya pada 1885 propagandanya mengakibatkan pemerintah Inggris mengirimkan tentara untuk menghalau orang-orang Boer di Goozen dan Stellaland dan menganeksasikan Bechuanaland. Semua daerah ini menjadi protektorat Inggris, meluas hingga batas koloni Jerman di sebelah barat daya. Dengan ini jalan menuju ke utara telah digenggamnya dan kaum imperialis Inggris tidak akan menghentikan tindakannya hanya sampai daerah-daerah tersebut.
Disebelah Bechuanaland dan Transvaal, terdapatlah tanah yang luas, subur dan berair cukup, serta sangat sesuai apabila dijadikan tempat kolonisasi orang kulit putih. Bagian selatam daerah tersebut didiami oleh suku-suku pribumi Afrika Matabele dan Mashona. Orang-orang Inggris takut bahwa daerah yang subur itu akan jatuh di tangan negeri lain. Karena kaum politisi juga menginginkan daerah tersebut untuk menghubungkan Mozambique dan Angola.  Juga orang-orsng ataransvaal mengkhendaki daerah tersebut. Gagasan kaum politik portugis dan orang-orang Transvaal ini merupakan bahaya yang mengancam kepentingan orang-orang inggris. Oleh sebab itu mereka harus cepat-cepat bertindak. Rhodes berhasil membujuk Sir Hercules Robinson untuk mengirimkan misionaris Inggris kepada pembesar pribumi Afrika, guna mengadakan pembicaraan.
Kemudian Rhodes mengirimkan utusan yang dimana utusan tersebut berhasil mendapat konsesi dari raja Mataoele, yang tidak pandai membaca (1888). Kemudian ia membentuk suatu perserikatan British South Afrika Company dan mendapat hak perlindungan dari pemerintahnya. Piagam perlindungan tersebut ditandatangani oleh ratu pada 1889 memberi hak kepada Company milik Rhodes untuk mengadakan perjanjian-perjanjian, memiliki polis dan lain-lain, hak tersebut berlaku selama dua puluh tahun. Rhodes sangat mengharapkan agar perserikatannya itu dapat memperluas daerah ke utara sampai sejauh-jauhnya.
Kemudian Company milik Rhodes itu mengirimkan tentara untuk menaklukkan Metabeleland dan Mashonaland, dengan tujuan mengurus kekayaan tanah-tanah tersebut dan membuka pertambangan yang kaya. Kemudian Raja di usir dan bekas kerajaannya diberi nama Rhoesia, suatu daerah milik perserikatan dagang.
Selanjutnya Rhodes berusaha bekerjasama dengan pengusaha-oengusaha dagang bangsa Inggris di Nyasaland untuk mendapatkan pengaruh disepanjang batas sebelah Afrika Timur (Jerman). Akan tetapi perjanjian pada 1890, perluasan daerah ke utara menjadi terhenti. British south Afrika Company, perserikatan dagang milik Rhodes berkuasa di Rhodesia selama lebih dari tiga puluh tahun. Dengan dikuasainya daerah Rhodesia itu, maka republic-republik Boer seakan-akan terkepung oleh kekuasaan Inggris.
2.      Masalah afrika selatan
Maslah afrika selatan memuncak pada pemerintahan salisbury yang ketiga kalinya (1895-1903). Kedudukan kabinet salisbury pada waktu itu sangat kokoh, karena tidak menghadapi opisisi yang kuat lebih – lebih kaum liberal pada saat itu mengalami perpecahan dan saya unionis dengan tokohnya J.Camberlain mau bekerjasama dengan kaum konservatif. Sejak J.Camberlain menjabat menteri tanah jajahan maka mulailah yang disebut “Era Chambelain” suatu masa dimana imperialisme modern mencapai klimaknya.
Dengan bantuan tokoh –tokoh imperlisme diseberang lautan seperti Cecil Rhodes, Dr. Jameson, Milner, Baring cita – cita membentuk Greater Britain dengan tanah jajahan yang sangat luas, dalam prakteknya J. Camberlain lebih mengutamakan politik imperialisme daripada mengadakan pembaharuan – pembaharuan dalam lapangan sosial didalam negeri. Baginya mencari tanah jajahan baru adalah merupakan suatu keharusan untuk memperbaiki situasi perdagangan inggris yang merosot.
Tujuan utama politik imperlisme J. Camberlain yaitu untuk memenuhi kebutuhan para kaum industrialis dan kapitalis di negerinya, mecari tempat pelempar hasil industri negeri induk, dipakai sebagai sumber – sumber bahan baku yang diperlukan, berhubungan dengan itu maka perhatian Camberlain terhadap afrika ialah melanjutkan usaha realisasi impian Cecil Rhodes, yaitu pembangunan jalan kereta api Cape Town – Cairo.
Di inggris baik pihak pemerintah maupun rakyatnya beranggapan bahwa Republik Afrika Selatan itu bukan negara merdeka. Berdasarkan perjanjian london 1885, ditentukan bahwa hubungan keluar republik afrika selatan berada di bawah pengawasan inggris, oleh sebab itu ketika presiden Kruger menghendaki agar afrika selatan itu mengadakan hubungan dengan bangsa – bangsa Eropa lainnya, inggris merasa tersinggung haknya.
Sebenarnya hubungan yang diadakan oleh presiden kruger dengan negara – negara lain itu bertalian dengan politiknya mengenai jalan kereta api. Penyelesaian jalan kereta api Pretoria – Delagoa Bay oleh Dutch South Africa Railway Company pada 1894 mengakibatkan sumber – sumber sengketa. Adapun sebabnya karena jalan kereta api  baru ini memperpendek jarak yang menghubungkan kota (emas) johannesburg dan eropa. Sudah barang tentu bagi inggris bahwa jalan baru itu merupakan saingan yang hebat.
Di Cape Town – Colony terdapat penduduk yang berbahasa belanda tetapi mereka menolak politik kruger, mereka menyetujui gagasan unionisme. Terpilihnya Cecil Rhodes menjadi perdana menteri Cape Colony pada 1890 adalah karena dukungan Afrikaner Bond. Golongan ini menganggap Rhodes sebagai seorang “Englishman With The African Heart” akan tetapi Rhodes adalah seorang impealis inggris yang akan menggunakan kedudukannya diberbagai aspek untuk memperluas kekuasaan British Empire.
Rhodes menghendaki adanya persatuan Bea, jalan kereta api di afrika selatan yang meliputi daerah antara Delagoa Bay hingga Walfish Bay. Sebabitu ia ingin menyingkirkan kruger yang tidak mensnyetujui adanya persatuan dalam hal bea dan jalan kereta api tersebut. Rhodes ingin pula melaksanakan prinsip “hak sama untuk setiap penduduk kulit putih”.
Banyak sekali ketidakpuasan yang di derita oleh bangsa Boer di transvaal, antara lain mengenai pertambangan intan kimberley masalah jalan kereta dan hak – hak kaum uitlanders. Kaum Uitlanders ini kebanyakan terdiri atas orang – orang inggris. Karena jumlah mereka cepat bertambah sehingga hak memilih yang dimiliki oleh kaum uitlanders itu dianggap sangat berbahaya oleh bangsa Boer. Bangsa Boer yang merupakan ‘warga negara’ asli merasa khawatir terhadap kemungkinan adanya supremasi kaum Uitlander di daerah trasvaal.
Presiden Kruger, kepala Negara Transvaal dan juga pemimpin bangsa Boer, dengan terang-terangan memusuhi para uitlanders yang ada di negerinya kemudian diadakan konferensi Bloemfontein, antara pemerintah inggris dan pemerintah presiden kruger kemudian fluger mengambil ketentuan bahwa pendatang-pendatang baru itu, walaupun mereka telah membayar pajak yang sangat tinggi kemungkinan untuk diterima sebagai warga Negara, sangat tipis dengan demikian kaum uitlanders itu tidak akan pernah memiliki hak memilih hak anggota-anggota Eerste Volksraad.
Pada 1892di Afrika Selatan timbul partai yang berhaluan imperialistis dengan nama National Union, beranggotakan kaum industrialis. Partai ini bercita-cita menduduki kekuasaan di Republik Afrika Selatan. Tetapi hanyalah sebagian kecil saja dari anggota – anggotapartai tersebut, yang ingin mengadakan hubungan dengan British Empire, diantaranya Cecil Rhodes.
Pada waktu itu Rhodes menjabat Perdana Menteri Cape Colony dan sebagai Managing Director dan British South Africa Company. Petisi – petisi untuk mendapatkan jaminan persamaan hak bagi semua bangsa kulit putih di Transvaal dikirim ke Parlemen Inggris.
Kaum Uitlanders, karena tidak memperoleh perbaikan nasib dengan cara- cara konstitusional, maka mereka bersiap-siap untuk mengangkat senjata. Dengan setahu Rhodes, mereka menyiapkan pemberontakan pada 1895 di Watersrand. Tetapi Rhodes menarik kembali perinthnya untuk melakukan serangan, karena golongan Uitlanders yang bukan orang-orang Inggris berkeberatan terhadap Union Jack dan mereka menginginkan suatu republic yang bersifat internasional.
Akan tetapi pada akhir tahun itu juga (1895) dengan tiba-tiba Dr. Jameson yang merupakan Administrate Chartered Company di Rhodesia, berangkat menuju ke Transvaal dengan membawa 600 orang tentara berkuda. Walaupun Jameson bertindak tanpa izin Rhodes, namun tindakan tersebut merupakan bagian dari pada rencana Rhodes, ialah menyusun kekuatan yang akan digerakkan untuk membantu kaum pemberoontakan di Tranvaal.
“ Jameson-raid” tersebut menambah makin tegangnya hubungan antara pendudukan yang berbahasa Belanda dan Inggris. Presiden Kruger bersekutu dengan Republik Orange Free State dan akan bekerjasama untuk membentuk persatuan Afrika Selatan dibawah kibaran bendera Belanda (1896). Serangan tersebut mengakibatkan oemerintah Transvaal mengadakan pertahanaan yang sah. Semua penduduk yang bernahasa Belanda di seluruh Afrika Selatan bersatu menghadapi orang –orang Inggris. Tindakan –tindakan keras dilakukan oleh pemerintah Boer. Pemimpin-pemimpin terkemuka yang sedang menyiapkan pemberontakan di Johannesburg ditangkapi. Kruger juga membuat persiapan-persiapan secara rahasia. Ia memasukkan alat – alat senjata meriam, senapan, ammunisi ke negerinya melalui Teluk Delagoa. Kemudian Kruger bertindak sebagai seorang dictator.
Beberapa hari kemudian orang – orang Boer berhasil mengalahkan tentara Jameson dalam pertempuran di dekat Krugerdorp, sebelumtentara tersebut dapa mencapai Johannesburg (1896). Mereka deserahkan kepada pemerintah Inggris di Afrika Selatan dan oleh pengadilan tentara Inggris Dr. Jameson menjalani hukuman penjara 15 bulan. Akan tetapi baru beberapa bulan saja Jameson menjalani hukuman itu, ia segera dibebaskan berdasarkan alasan – alasan kesehatan. Pemerintah di Westminster mengumumkan bahwa ia tidak tahu manahu tentang “Jameson-raid” itu “walaupun ia akan kagum apabila tindak perbuatan itu membawa hasil baik.”
Peristiwa kemenangan bangsa Boer tersebut mengakibat makin semaraknya nama Presiden Kruger, terutama di kalangan rakyatnya sendiri. Hal ini akan besar pengaruhnya pada presiden (1898), sehingga Kruger terpilihberdasarkan jumlah suara yag sangat besar.
Di luar negeri, Jermanlah yang amat hebat memberikan reaksi terhadap “Jameson-Raid”  itu. Untuk pertama kali orang –orang Jerman didhinggapi perasaan benci yang sangat mendalam terhadap orang – orang Inggris. Tetapi sebaliknya orang –orang Inggris sudah sejak 1895  mengeluh terhadap sikap Jerman di Afrikaselatan antara lain Karena ucapan selamat kepada pemerintah Boer pada waktu dibukanya jalan kereta api Delagoa. Bantuan Jerman ke Transvaal pada waktu itu tidak aka nada manfaatnya, disebabkan orang – orang Boer telah berhasil mematahkan usaha lawannya. Kaisar Wilhelm II hanya mengirimkan telegram ucapan selamat atas hasil yang dicapai oleh Presiden Kruger.
“Tellegram Kruger” dari Kaisar tersebut oleh pemerintah Inggris dan presnya dianggap sebagai suatu tindakan yang sangat menghina. Maka dikirimlah kapal – kapal perang Inggris ke Delagoa Bay dengan maksud menginsyafkan dunia luar bahwa tidak adanegeri lain kecuali Inggris yang berhak mencampuri urusan Afrika Selatan. Pers Inggris yang berhaluan jingoism sangat mencela sikap dan tindakan Kaisar Wilhelm II tersebut. Bahkan surat kabar Tehe Times memuat syair yang diberi judul :” Jameson;s Ride”. Syair cptaan Alfred Austin itu berusaha mencurahkan isi hati Dr. jameson.
Demikianlah suara rakyat Inggris yang telah berfikir imperialistis menamkan “Jameson Raid” suatu “Jameson’s Ride”.
Untuk sementara waktu suasana rakyatdi kedua negeri tersebut sangat panas seakan – akan masalah Boer itu dapat mengakibatkan peperangan antara dua Negara besar tersebut. Akan tetapi pemerintah kedua Negara tersebut masing – masing tetap tinggal tenang. Juga karena usaha kaisar dan “Fiotverrein” tidak mendapat sambutan yang cukup baik dari Pemerintah maupun rakyatnya (1896).
Ketegangan antara Jerman dan Inggris itu nampaknya disebabkan oleh penyerbuan Dr. Jameson ke Transvaal. Tetapi sebenarnya dasar ketegangan tersebut terletak pada perebutan penguasaan lautan. Jerman yang pada waktu itu telah memiliki perindustrian dan perdagangan yang sangat maju membutuhkan makin bertambahnya daerah –daerah jajahan. Berhubung dengan perkembangan tersebut, maka makin bertambah pula perhatian Jerman terhadap angakatan lautnya.
Selain untuk menjamin perdangan dan insdustri Jerman yang sangat menguntungkan bagi kaum kapitalis, pembangunan angkatan laut tersebut disebabkan oleh factor –faktor lain, misalnya :
1.      Untuk melengkapi Angkatan Perang Jerman, yang telah memiliki angkatan darat yang tinggi mutunya.
2.      Akibat propaganda organisasi-organisasi yang bersifat patriotic, terutama yang dijalankan oleh “German Navy league”
3.      Enthousiasme Wilhelm II yang selalu mendengungkan bahwa “hari depan Jerman terletak di lautan”
4.      Tindakan admiral Alfred von Tirpitz, yang sejak 1897 diberi tugas oleh kiasar untuk merealisasi cita-cita pembangunan angkatan laut tersebut.
Pada 1898 dengan menggunakan masalah Jameson sebagai dalih, maka Reichstag menyetujui terciptanya undangan- undagan tentang pengeluasan Angkatan Laut Jerman. Kemudian pada 1900 dikeluarkan undang-undang yang kedua mengenai pembangunan angakatan laut.
Sesudah peristiwa “Jameson –raid “ raid itu perundingan tentang hak memilih dilanjutkan. Tetapi di Afrika Selatan tumbuh perasaan anti-Inggris dan oleh karena itu pada 1898 Afrikander Bond dapat mengalahkan South African League.
Sejak 1897 masalah Uitlanders di Transvaal mendapat perhatian yang lebih besar dalam Pemerintah Westminter. Tetapisalisbury menolak adanya perang dan juga ia menolak pemberian konsesi terhadap bahasa kontinen. Ia berpendapat bahwa Angkatan Laut Inggris di Afrika Selatan.
Pada 1899 Rhodes datang ke Berlin dengan tujuan mendapatkan izin untuk mendirikan jalan kereta api Cape Town-Cairo melalui daerah Afrika Timur.
Pada 1899 terjadilah peristiwa pembunuhan terhadap warganegara Inggris di Johannesburg. Namun hal itu tetap menimbulkan amarah dan keinginan membalas yang meluap-luap di kalangan kaum Uitlanders. Kemudian dikirim sebuah petisi ke Cape, yang berisi permohonan perlindungan ratu. Oleh sebab itu tibalah waktunya untuknya menyelesaikan masalah Afrika Selatan dan kemudian usaha reksasa- pembentukan jalan kereta api Cape Town-Cairo dapat memulai dari kedua ujungnya.
Pemerintah Inggris yakin bahwa mayoritas penduduk Transvaal itu berdiri atas orang-orang Uitlanders. Kemudian dilangsungkan suatu perundingan. Ia mengizinkan sejumlah besar uitlanders mendapatkan hak-hak kewarganegaran.
Akibatnya timbulah keruwetan baru di Afrika Selatan. Seluruh penduduk yang berbahasa Belanda di Orange Free State dan menganggap Trasvaal sebagai pemimpinnya menghendaki didirikannya sebuah republikbagi golongan mereka di Afrika Selatan yang meliputi daerah Cape sampai Zambesi. Kedua republic tersebut menghendaki suatu republic yang bersatu dibawah bendera sendiri, sedang koloni-koloni Inggris itu menghendaki masuk dalam kekuasaan British Empire.
Akhirnya pada 1899 Pemerintah Trasvaal menghendaki penyelesaian masalah tersebut dengan mengadakan pengendalian wasit dan minta agar pengiriman tentara Inggris tidak member jawaban kepada tuntutan bangsa Boer yang disampaikan melalui telegram. Apabila dalam konferensi tersebut terdapat wakil-wakil republic Boer. Di mata Inggris kedua republic itu hanyalah negeri-negeri setengah merdeka.

3.      Perang Boer ke II (1899-1902)
Pada masa permulaan perang kebanyakan orang-orang Uitlanders meninggalkan kota sehingga jalannya perusahaan pertambangan mereka manjadi terhenti. Juga mereka mengharapkan bantuan dari Negara-negara Eropa, terdapat semangat pro-Boer dan semangat ini makin menjadi kuat sesudah bangsa Boer dan semangat ini makin menjadi kuat sesudah bangsa Boer mendapat kemenangan-kemangan namun tiada dari Negara-negara tersebut yang mengulurkan bantuannya.
Waktu perang Boer dimulai, Kaisar Jerman sedang mengunjungi Inggris kunjungan yang pertama sesudah telegram Kruger yang nampaknya ada gejala-gejala untuk saling mendekati di antara kedua Negara tersebut. Bangsa Boer menghadapi lawannya berdasar kekuatan sendiri. Mereka mengepung tentara Inggris di Mafeking, Kimberley dan Ladysmith di Natal. Pengepungan itu masing-masing dipimpin oleh Jenderal Cronje, Wessels dan Joubert.
Jenderal Methuen mencoba merebut kembali Kimberley dan panglima besar Lord Redvers Buller sendiri mencoba membebaskan Jenderal White di Ladysmith. Akan tetapi mereka ini semua dikalahkan oleh bangsa Boer di Sungai Modder, Magersfontein dan Colenso. Untuk kedua kalinya bangsa Boer mendapatkan kemenangan.
Kemudian kabinet Inggris mengirimkan Lord Roberts sebagai panglima besar angkatan perang di Afrika Selatan, Lord Roberts adalah jenderal yang terkenal. Selama Januari 1900, Lord Roberts bersama 50.000 tentaranya mencapai Kimberley dan berhasil merebut kembali kota tersebut. Orang-orang Boer mengundurkan diri ke utara dan membentuk kekuatan lagi dibawah pimpinan Jenderal Cronje. Roberts mengirimkan kavalerinya dan memotong hubungan Cronje dengan Bloemfontein. Akhirnya Cronje dan seluruh tentaranya menyerah kepada Inggris pada Februari di Paardeberg.
Di Natal kaun Afrikander juga mendapat kesukaran-kesukaran. Di sini Inggris mengharapkan kemenangan-kemenangan dan kemudian melakukan serangan langsung ke Transvaal. Seseorang pemimpin baru di kalangan Boer muncul. Jenderal joubert diganti oleh Jenderal Botha, tetapi ia tidak dapat mencapai kemajuan yang memuaskan. Sesudah mengalami kesulitan-kesulitan, ia mendapat kesempatan untuk maju dengan tanda rintangan dan pada bulan Mei berhasil mencapai Johannesburg, sebulan kemudian Pretoria, ibu kota Transvaal diduduki. Sesudah melakukan pertempuran sengit melawan Jenderal Botha di sekitar Diamond hill. Kemudian Mafeking menyusul direbut pada bulan Mei. Jenderal Prinsioo dari Orange Free State menyerah kalah di sebelah timur laut Bloemfontein. Tentara Inggris menguasai seluruh jalan kereta api yang menghubungkan Pretoria dan Lautan Hindia.
Sesudah menguasai Pretoria, Lord Roberts mengumumkan aneksasi inggris terhadap Transvaal dan Orange Free State. Kemudian ia menganggap bahwa perang telah selesai. Tugasnya sekarang ialah mengamankan Afrika Selatan dan mengaturndaerah-daerah yang diduduki. Akan tetapi sesungguhnya perang itu belum selesai. Orang Boer meneruskan berperang dengan menggunakan taktik  gerliya, yang ternyata mereka sangat cakap melakukannya. Dengan cara bergerliya ini bangsa Boer dapat bertahan selama dua tahun. Presiden Steyn dari Orange Free State tetap tinggal di Afrika Selatan membantu rakyatnya dalam melakukan perjuangan melawan Inggris. Pada Maret 1902 Jenderal Meuthen dengan tidak disangka-sangka diserang oleh tentara Dela Ray, 180 mill dari Pretoria dan dipaksa menyerah bersama seluruh tentaranya.
Pada tahun itu juga (1902) jenderal-kenderal Boer menyetujui perundingan perdamaian di Pretoria yang kemudian menghasilkan perjanjian Vereenigig. Ketentuan perjanjian itu ialah:
1.      Republic-republik Transvaal dan Orange Free State dianeksasikan pada British Empire
2.      Orang-orang Boer menjadi warga Inggris. Mereka diberi janji akan mendapat uang guna membangun kembali perkampungan mereka
3.      Pemerintahan sendiri akan diberikan secepat-cepatnya
4.      Bahasa Belanda dan Inggris diberikan di sekolah-sekolah dan dipakai di lapangan pengadilan.

Kemudian pada 1909 berdasarkan act of Union, daerah-daerah yang dikuasai Inggris di Afrika Selatan yaitu Cape Colony, Natal, Orange Free State dan Transvaal, di beri pemerintahan sendiri dan semua daerah tergabungkan dalam Uni Afrika Selatan.  

  

           










BAB II
PENUTUP

Ø  Kesimpulan
Begitu besar pengaruh para Imperialis-imperialis barat terutama imperialis inggris dan Prancis yang berusaha menguasai daerah di Afrika Selatan yang dimana Inggris dan Prancis berusaha memperluas jajahannya itu. Inggris dan Perancis memperebutkan daerahh jajahannya terutama di daerah Sudan. Puncak dari pertentangan Inggris dan Perancis adalah krisis fashoda. Selain di sudan , Inggris juga memperluas wilayahnya di daerah Afrika Selatan. Banyak terjadi masalah-masalah Afrika Selatan yang dimana memuncak pada pemerintahan Salisbry yang ketiga kalinhya (1895-1903).
Kemudian pada 1909 berdasarkan Act op Union, daerah-daerah yang dikuasai Inggris di Afrika yaitu Cape Colony, Natal, Orange Free dan Transvaal, diberi pemerintahan sendiri dan semua daerah itu tergabung dalam Uni Afrika Selatan.








DAFTAR PUSTAKA

·         Soeratman Darsiti. 2012. Sejarah Afrika. Jogyakarta; Ombak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar